14. Bekal

101 16 6
                                    

Biasanya jam istirahat menjadi jam terfavorit seorang pelajar karena di jam inilah mereka dapat menenangkan otak melalui makan ataupun minum. Allisya pun demikian, harusnya dia pergi ke kantin sekarang, tapi sebelum jam mata pelajaran fisika Nila pamit keluar duluan tidak tau kemana jadi Allisya saat ini hanya berdiam diri di kelas menatap teman-temannya yang mulai berdatangan membawa makanan mereka ke dalam kelas.

Ini biasa terjadi kalau kantin sudah penuh, siapa yang mau pengap? Lebih baik makan di kelas saja. Walau telah berulang kali guru memperingatkan bahwa kelas itu tempat untuk belajar bukan makan dan tetap saja para pelajar acuh akan hal itu, di Indonesia semuanya dibawa santai. Kena tilang oleh polisi saja mereka tidak peduli apalagi hanya dengan seorang guru.

Allisya hanya diam memainkan ponselnya, dia ingin pergi ke kantin tapi dia tidak ingin berjalan sendiri. Status jomblonya terlalu kentara. Jari Allisya berhenti meng-scrol beranda Instagram, alisnya terangkat naik, baru Allisya ingat bahwa sekarang dia menjalin hubungan dengan Andra. Ada rasa menyesal di hati Allisya menerima Andra hari itu. Status jomblo lebih baik, apapun dapat di lakukan pada masa ini.

Ting

Andra
|Habis ke kantin, temui gw di taman belakang perpus

Ngapain?|

|Ada bekal dari nyokap

Allisya tidak lagi membalas pesan Andra, berhubung tidak ke kantin akhirnya Allisya langsung pergi ke taman saja. Lagipula Allisya merasa sangat bosan di kelas, dia belum terlalu akrab dengan teman sekelasnya.

"Baru mau ke kantin, tadi di ajakin malah gak mau," cibir Nabila berpapasan dengan Allisya.

"Soudzon mulu jadi orang, heran gue," jawab Allisya menggelengkan kepala, "gue mau ke perpus," sambung Allisya.

Nabila membulatkan mulutnya, "Hati-hati, adek kelas kita buaya semua," peringat Nabila cekikikan. Allisya mengangkat satu jempol pertanda sudah paham.

Memang benar adanya, rata-rata anak kelas 11 memiliki mulut yang manis. Tak jarang Allisya jadi korban modus mereka.

Saat hendak melewati lapangan Allisya menghentikan langkahnya. Ternyata banyak orang yang kumpul di sana, Allisya tidak tau ada apa, mungkin ada pertandingan basket antar kalas lagi seperti kemarin.

Allisya mundur beberapa langkah, gadis itu benar-benar membenci keramaian. Buktinya saat ini Allisya menempel pada dinding kelas, segera Allisya mengambil ponselnya dan mengirimkan Andra pesan.

Jemput gue di dekat kelas X MIPA 2|
Lapangan ramai|
Gue mau lewat belakang, tapi Saga bilang|gue gak boleh jalan sendirian kalau lewa   sana

_
Andra yang telah membaca pesan dari Allisya mengerutkan keningnya bingung, di tatapnya Saga dengan tatapan penuh tanya.

"Emang kenapa Allisya gak bisa jalan sendiri kalau lewat belakang?" Tanya Andra.

Baik Saga maupun Eza yang tengah selonjoran memainkan ponselnya masing-masing mengangkat kepalanya menatap Andra. Mereka tidak tau Andra sedang bertanya pada siapa.

Tapi melihat Andra yang menatapnya Saga mulai paham. "Dia masih baru dan seperti yang lo tau tiap ada anak baru pasti dia kesurupan, itu sebabnya dia gak boleh jalan sendiri. Gue gak mau repot."

Jawaban Saga sukses membuat Andra dan Eza tertawa. Mereka berdua mengangguk membenarkan, setiap ada anak yang kesambet orang penolong utama sekolah ini adalah Saga. Karena memang hanya Saga yang dapat berkomunikasi dengan 'mereka'. Ini juga merupakan salah satu alasan kenapa setiap penerimaan peserta didik baru sekolah ini tidak mengadakan Masa Orientasi Sekolah melainkan menggantinya dengan acara tahlilan bersama.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang