41. Menolak Percaya

75 12 3
                                    

Brakk

Brakk

Kali ini Allisya sudah mempersiapkan diri. Dari tadi Allisya bersembunyi pada pion rumah tempat yang menjadi kemungkinan orang berjubah hitam itu melompat malam ini. Dan benar saja suara gusruk tepat berada di atas Allisya.

Allisya sendiri sudah menyiapkan beberapa benda untuk melakukan perlawanan jika sosok itu menyerangnya, pada saku belakang Allisya sudah ada centong nasi besi berukuran besar dan pada tangan kanan Allisya sudah ada teflon.

Napas panjang terus saja keluar dari mulut Allisya, menandakan ia sedang gugup saat ini. Bersiap untuk bereaksi Allisya mengikat tudung Hoodienya. Belum selesai Allisya mengikat dengan benar sebuah bayangan tiba-tiba jatuh dari atas.

"Ayo Allisya!"

Allisya berlari kencang, ia sengaja tidak menggunakan alas kaki untuk menghindari tersandung. Merasakan seseorang mengejar sosok berpakaian hitam itu menambah speed larinya. Allisya tidak mau kalah begitu saja, tangannya sudah bergerak maju mundur, matanya menatap tajam pada sasaran utama.

Jangan salahkan jika nanti Allisya melakukan sesuatu di luar kata baik. Sosok Allisya yang dibenci satu kelas sejatinya adalah petarung sejati. Lupakan itu dulu hari ini, ayo fokus pada acara kejar-kejaran mereka dari kebun belakang hingga parkiran.

Sejujurnya Allisya sudah mulai lemas, kakinya berlari sudah tidak terasa. Tapi melihat kemajuan pada larinya Allisya semakin bertekad untuk mendapatkan orang itu.

"Bismillah, headshoot!" Teriak Allisya melempar teflon genggamannya, tak disangka itu tepat sasaran. Jika saja ini pertandingan memanah sudah pasti Allisya berteriak kegirangan.

Mendengar ringisan sosok itu Allisya semakin yakin kalau dia adalah seorang perempuan. Gadis itu sudah terjatuh akibat tersandung kakinya sendiri karena kaget mendapat lempar Allisya.

Langkah Allisya semakin dekat, dari gerak-geriknya sosok itu terlihat panik. Mencegah untuk melarikan diri Allisya segera menarik tudung jubah hitam itu. Tetapi, ada satu hal yang menghalangi Allisya melihat langsung wajah pelaku, ia mengenakan masker.

Melihat Allisya terdiam sosok itu berusaha memukul kepala Allisya. beruntung Allisya sigap menahannya, hingga terjadi acara guling-guling di tanah. Gadis itu kerap kali mengeluarkan suara ketika memukul membuat Allisya menjadi berpikir keras, suaranya terdengar familiar.

Allisya mengucapkan banyak permohonan maaf pada sosok itu. Allisya tau kelemahan wanita sebab ia juga berjenis kelamin sama. Allisya segera ninju salah satu dari dua yang menonjol itu, kebetulan Allisya berada diatas.

Tepat sekali, cewek dalam masker hitam itu semakin mengeram kesakitan. Allisya segera menahan tangannya dan membuka masker sosok itu.

Mata Allisya membulat lebar, tangannya terhenti di udara. Rasanya bagaikan waktu terhenti beberapa detik. Dugaan selama ini ternyata benar.

"Kali ini alasan apa yang akan lo buat— Sesil?" Nada suara Allisya terdengar begitu lirih.

"Minggir!" Sesil menyerongkan badan Allisya ke samping, karena Allisya duduk di atas perutnya membuat ia kesulitan bernapas.

"Kenapa?" Ucap Allisya lirih, hampir terdengar seperti bisikan.

"Yah ... Gue ketahuan." Sesil tertawa garing, ia menatap Allisya seolah mengejek.

"Jadi benar lo pembunuh Dayat?" Tanya Allisya frontal.

"Pikirkan sendiri bodoh!" Tepat mengatakan itu Sesil menedang perut Allisya seraya melempar serbuk yang ntah Allisya tidak ketahui apa. Jelasnya mata Allisya terasa sangat pedih.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang