1. Permulaan

536 120 131
                                    

≈Awal dari sebuah kisah≈

Seorang gadis berjaket hitam dengan rambut dicepol asal berjalan di trotoar seraya memainkan Handphonenya sesekali melihat ke depan agar tidak menabrak orang. Satu tangannya menyusup masuk ke kantong tas mengambil Earphone berwarna putih andalannya, Itu sudah menjadi kegemaran tersendiri baginya mendengarkan lagu sambil berjalan.

Terkadang suara merdu mengikuti alunan lagu yang keluar dari mulutnya mengundang perhatian orang yang ia lalui. Sesekali gadis itu membenarkan kacamatanya yang sedikit merosot. Bukan, itu bukan kacamata minus, kacamata itu hanya penghalang debu.

Baru saja ia mau mengubah alunan lagu kejadian naas terjadi di depan matanya. Seorang gadis seusianya tersambar motor saat hendak menyeberang menuju sekolah. Dengan cepat ia melepas earphone  dan bergegas berlari menuju gadis itu.

"Lo gapapa?" Tanya gadis itu mengecek keadaan korban.

"Iya gapapa, cuman tangan gue agak keserempet," jawab cewek itu sedikit meringis.

"Lo murid sini? Kok muka lo asing. Anak baru?" Cewek itu memicingkan matanya.

"Oh iya, kenalin gue Allisya Debyna. A, gue anak baru salam kenal yah," ucap Allisya mengulurkan tangan seraya tersenyum lebar.

"Gue Daniela fitriah panggil aja Nila, salam kenal." Nila tersenyum simpul menjabat tangan Allisya.

"Ayo berdiri biar gue bantu," ajak Allisya membantu Nila, namun bodohnya tadi Allisya hanya mencabut earphone dari telinganya saja dan lupa mencabut kabel dari handphone sehingga Nila secara tidak sengaja menginjaknya dan membuat Allisya jatuh di aspal.

"Sorry ... Sorry, gue gak sengaja. Sumpah gue gak liat tadi," Seru Nila tidak enak melihat earphone Allisya hancur.

"Ehh lutut lo juga luka, aduh gue makin gak enak." Nila mengusap wajahnya kasar.

Allisya tersenyum melihatnya. "Santai kali cuman luka kecil doang."

Allisya melepaskan jaketnya dan memasangkannya di pinggang Nila. "Rok lo robek."

"Makasih, nanti gue balikin. Ayo gue antar lo ke ruangan kepala sekolah itung-itung sebagai rasa terima kasih."

Mereka berjalan dengan langkah seiring, sesekali mereka berbicara mengenai sekolah agar tidak terkesan canggung.

"Atau lo mau masuk UKS dulu buat obatin lutut lo?" Kata Nila saat melewati UKS.

"Nggak, ini cuman luka kecil. Tapi, kalau lo mau ngobatin tangan lo, masuk aja. Gue bisa cari kantor kepala sekolah sendiri kok." Allisya mendorong kecil bahu Nila yang nampak berpikir.

"Emang gak papa?" tanya Nila kurang yakin.

"Iyaa, kalau gitu gue duluan yah, bye," serunya melambaikan tangannya.

°°°°°°

"Woi ... Pst... minjam pulpen dong!"

Mendengar itu Allisya menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri untuk memastikan, "Saya?"

"Iyalah emang siapa lagi yang ada disini selain elo."

"Emang lo kenal gue?" Allisya menatap sinis pemuda di depannya.

"Kenallah lo anak IPS kan," ujarnya dengan nada sombong.

"Sok tau, sana minggir." Ketus Allisya mendorong kasar bahu pemuda itu.

"Tunggu, pinjam pulpen lo bentar." pintanya.

"Jadi cowok gak modal banget sih, nyolong aja sana." renggut Allisya.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang