6. Hukuman

195 67 27
                                    

“Berikan aku energi untuk melawan, buatlah otakku dapat merangkai sebuah kata yang dapat membuatnya terdiam. Aku tidak ingin tertindas.”

_Allisya Debyna Andreas_

°°°°°°

"All, thanks yah, untung ada lo kalau gak bisa kelar jabatan gue," kata Nabila memberikan sebuah buku.

"Iya, santai," jawab Allisya tersenyum.

Nabila duduk di atas meja Allisya dan sedikit membenarkan duduknya. Nabila mengambil sedikit rambut Allisya yang jatuh dari ikatannya dan bersikap seperti ingin meneliti.

"Lo ngewarnain rambut?" Allisya dengan capat menggeleng.

"Nggak, ngapain juga gue warnain rambut? Buang duit aja." Jawaban Allisya tidak membuat Nabila percaya begitu saja, buktinya saat ini Nabila memicingkan matanya curiga.

"Beneran!! Gue gak bohong," kekeuh Allisya.

"Gini deh, gue kasih lo toleransi karena lo masih murid baru gue gak bakal laporin ke BK, asal pulang sekolah lo kembalikan warna rambut lo yang asli," tawar Nabila.

Allisya menghela nafas serta memutar bola matanya malas. "Ketua kelas apaan lo? Masa nyuruh gue warnain rambut? Yang benar saja." Nabila merasa panas, teman sekelasnya sudah sangat bandel jangan sampai Allisya ikut bandel.

"Masih pagi, All ... Jangan buat gue emosi," ucap Nabila memasang wajah memelas.

"Gue gak bohong Nabila ... Ini rambut asli gak ada campuran pewarna buatan, paham ente?!!" Balas Allisya mulai ketus bahkan dengan sengaja Allisya memanjangkan nama Nabila.

"Masa sih?" Nabila masih saja tidak percaya.

"Tau ah, jadi orang gak percayaan amat!!" Allisya bangkit dari duduknya berniat untuk keluar kelas.

"Ehh ... Allisya lo mau kemana?!" Teriak Nabila.

Tapi terlambat, teriakannya sia-sia karena Allisya sudah berbelok, keluar dari kelas.

Allisya terus saja berjalan tanpa tentu arah. Berulang kali Allisya mengecek jam tangannya. Sepertinya gerbang sudah di tutup tapi Nila tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Allisya mengerutkan keningnya bingung, ada suara musik yang tertangkap oleh telinganya. Namanya manusia tentu saja ada rasa ingin tahu pada suatu hal, Allisya berjalan mendekat.

Tanpa sadar Allisya mengangkat alisnya yang biasanya terjadi pada saat seseorang merasa kaget dan heran secara bersamaan. Allisya heran ini masih pagi dan anak eskul tari sudah mulai berlatih, sungguh hebat.

Allisya kembali sadar, tujuannya ingin mencari Nila kenapa sekarang malah melihat orang berlatih. Allisya kembali melanjutkan jalannya.

"Apa mungkin Nila gak datang?" Tanyanya ntah pada siapa.

"Nurut doang apa susahnya sih?!?!" Samar-samar Allisya dapat mendengar bentakan seseorang. Allisya yakin itu suara Monica.

"Tapi gu–"

"Apa!! Makin berani lo sama gue sekarang!!"

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang