24. Menjaga

80 16 0
                                    

"Nyonya muda lo gak sekolah?!" Teriak Sesil menggedor pintu kamar Allisya.

"Nyonya muda it's time to wake up!!"

"Allisya lo udah bangun belom, udah setengah 7 noh, nanti lo telat jangan salahin gue!!" Teriak Sesil bersidekap dada menatap pintu di depannya dengan murka.

"Allisya kalo udah bangun kasih kode dong, tenggorokan gue udah mulai sakit ini. Astagfirullah punya majikan kebo amat," kesal Sesil menendang pintu, alhasil dia sendiri mengaduh kesakitan.

Tidak ada cara lain Sesil turun kebawa meminta kunci cadangan dari Bu Nesa, sang nenek. Meski terbilang jarang, Sesil masih menganggap kalau Allisya masih molor di tempat tidur. Allisya biasanya akan susah bangun setelah begadang semalaman setelah nonton drama.

"Ya Allah, masih molor beneran," decak Sesil geleng-geleng kepala melihat Allisya tidur dengan selimut tebal.

Sesil berinisiatif sendiri untuk membalikkan badan Allisya, membangunkannya dengan tidak berperikemanusiaan. Lagian anak gadis tidak bisa tidur sampai siang, bukan?

Baru saja memegang pinggang Allisya yang diselimuti kain tebal Sesil dapat merasakan rasa hangat di sana.

"Tumben demam," gumam Sesil.

Meski memiliki batin lemah, namun daya tahan Allisya sangat kuat. Pernah sekali Allisya tertidur di balkon kamar tanpa menggunakan selimut bahkan hanya bermodalkan baju tidur saja, besoknya Allisya tidak apa-apa. Dari kecil memang seperti itu.

Sesil membekap mulutnya kaget, panas tubuh Allisya mencapai 38° dilanda rasa panik Sesil sampai mematung di tempat. Tidak tau pertolongan pertama apa yang hendak dilakukan.

"Dingin," rintih Allisya, bibir pucat pasinya gemetar, pipinya juga ikut memerah.

Sesil yang kurang berpengalaman akhirnya memutuskan untuk memanggil Bu Nesa dan beberapa maid lainnya. Setelah lama berdebat antar mulut ke mulut mereka mengambil voting suara terbanyak, yaitu membawa Allisya ke rumah sakit.

Berhubung cuaca sekarang lagi tidak menentu alangkah baiknya untuk mengantisipasi hal-hal buruk.

Ternyata benar, hasil cek darah Allisya ternyata terkena demam berdarah. Dokter benar-benar menyarankan untuk di rawat di rumah sakit karena Allisya tadi sempat muntah darah hingga mimisan. Dokter bilang itu butuh penanganan yang lebih serius.

Jika dirawat di rumah, suster yang bertugas mungkin akan merasa bingung sebab suster disini adalah mahasiswa magang, mereka belum terlalu profesional dan tentunya masih membutuhkan bimbingan dokter.

"Gimana kita lapor ke Nyonya apa nggak?" Tanya Sesil sekali lagi pada Kang Ali.

"Belum juga sampe masa pesawat mereka putar balik, dikira kendaraan darat kali ah ...."

"Yaudah Kang Ali jagain Allisya, aku mau pergi kuliah, gak bisa telat. Dosennya galak." Tanpa mendengar jawaban Kang Ali, Sesil segera berlari koncar-kancir meninggalkan ruang rawat Allisya.

"Aduh gimana nih, mana udah janji sama Ningsih lagi," ucap Kang Ali mengacak rambutnya.

Tidak mungkin ia meninggalkan Allisya sendiri di dalam sana. Ia tau betul musuh keluarga Andreas ada di setiap sisi, Allisya lecet maka nyawanya akan melayang.

Untung masih pagi, otaknya dapat berpikir cerdas. Beberapa hari yang lalu ia mendapat pesan dari Angga berupa nomor. Dengan isi pesan kalau ada hal mendadak ia bisa menelpon nomor tadi. Pemilik nomor tersebut telah diberi kepercayaan dari Reas.

Fyi: Angga adalah sepupu Allisya, muncul pada chapter 16.

°°°°°°

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang