MTH 5

19.1K 1.9K 108
                                    

***

Jaemin baru saja selesai menyelesaikan ceritanya pada sahabat dekatnya, apa yang terjadi dua hari kemarin. Tapi dia tidak menceritakan sosok Jaehyun dan Jeno, dia juga tidak menceritakan bagian dia yang sebenarnya akan menjadi istri dari kedua Jung muda itu.

Jaemin hanya bercerita tentang dia yang dijual oleh kedua orang tua pantinya sebagai pengganti hutang, tapi orang yang menagih hutang bilang kalau hutang kedua orang tua pantinya itu tetap dianggap tidak lunas.

"Tapi lebih baik begitu kan daripada kau dipanti dan terus disiksa juga dilecehkan." ujar Yangyang. Jaemin berjengit kaget, dia tidak pernah cerita apapun mengenai penyiksaan juga pelecehan yang dia alami di panti pada mereka.

"T-Tahu darimana?" tanya Jaemin takut-takut.

"Terlihat dari luka yang ada di tubuhmu, aku pernah tak sengaja melihatnya saat kita ganti baju untuk pelajaran olahraga." jawab Yangyang. Jaemin memalingkan mukanya.

"Na, kami kan sahabatmu, kalau kau tidak ada tempat cerita, kau bisa cerita pada kami, jangan dipendam sendiri, ne?" Jaemin hanya diam, tapi tak lama dia mengangguk. Jaemin tidak tahu kalau sebenarnya selama ini dia ada tempat untuk berkeluh kesah, tapi dia selalu berpikiran kalau itu masalahnya dan orang lain tidak perlu tahu, yang justru malah itu menyiksanya secara psikis karena tidak memiliki tempat cerita.

"Maaf"

"Tidak ada yang perlu dimaafkan, karena kau memang tidak salah, tidak apa kami mencoba mengerti padamu yang takut percaya pada orang asing." ujar Han menenangkan.

"Ah ne, apa kau akan bekerja di tempat Taeil hyung?" tanya Felix yang diangguki Jaemin.

"Ne, aku masih kerja di sana. Ada apa? Kalian mau mampir ke sana?" tanya Jaemin sembari mengusap air mata yang entah kenapa bisa keluar dari sudut matanya.

"Kapan-kapan kami ingin berkunjung ke sana, sekali-kali belajar di tempat lain, tidak hanya di kelas atau tempat bimbingan." ujar Haechan.

"Memang kalian boleh ke cafe? Orang tua kalian kan paling tidak suka padaku." ujar Jaemin, dia tidak bodoh, orang tua dari teman-temannya memang selalu menatapnya tidak suka, menganggap dia adalah pengaruh buruk bagi teman-temannya. Ibu Hyujin pernah mengatakannya secara langsung padanya untuk menjauhi Hyunjin, tapi yang terus menempelinya, yang terus mengejarnya adalah Hyunjin sendiri. Ibu Felix pernah menghinanya secara tak langsung, dengan mengatakan anak miskin dan yatim piatu sepertinya tidak pantas berteman dengan orang-orang dari kalangan atas, membuat Felix yang tidak sengaja mendengar itu marah pada ibunya dan dia meminta maaf pada Jaemin, dan Jaemin hanya tersenyum saja.

"Hahh~ aku sudah tidak tahu lagi orang tuaku semenjak eomma tergabung dalam kelompok sosialita, dia selalu mengukur semuanya, tidak boleh dekat dengan yang tidak sekaya mereka, tidak boleh main di sembarang tempat, tidak boleh ini tidak boleh itu, harus ini harus itu, astaga!" kesal Felix.

"Okaa-san tidak terlalu memikirkan siapa Jaemin sih, darimana dia berasal atau seberapa kaya Jaemin, dia memberikan kebebasan padaku dengan siapa saja untuk berteman, asal tahu mana yang membawa pengaruh baik dan mana yang membawa pengaruh buruk. Dan sampai saat ini Jaemin tidak membawa pengaruh buruk apapun padaku." ujar Shotaro yang sejak tadi hanya diam menyimak.

"Kalau eommaku seperti itu aku akan senang." ujar Haechan.

"Mama tidak ada bedanya dengan ibu Shotaro, Mama juga berpikiran begitu tentang teman-temanku." ujar Renjun.

"Sudahlah, tidak usah terlalu dipikirkan, toh ini hidup kita juga." ujar Hyunjin yang sudah pasrah saja dengan kelakukan keluarganya, dia dan kembarannya, Yeji saja sampai muak.

[2JAE & NOMIN] My Two HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang