03 || Penyemangat

2.3K 410 35
                                    

Hey, tandai typo yaw? Hehehe :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hey, tandai typo yaw? Hehehe :)













but why are you always different in every situation?

___________

"Afsheen, apa yang kalian lakukan?!" tanya Raz pada Afsheen, tangan nya terulur memegang pundak Fai juga mengelap keringat di dahi adik nya itu.

"I-itu tadi, duh gimana jelasin nya ... "

Karena mereka berdiri tidak jauh dari taman belakang, Raz menarik Fai untuk duduk di bangku yang berada di taman diikuti dengan Afsheen.

"Aduh, A' aku enggak papa. Tadi cuma lari sebentar buat menghindar," jawab Fai setelah sudah duduk dibangku nya dan mulai bisa mengatur pernafasan nya.

"Kalian menghindar dari siapa?" tanya Raz lagi seraya memandang kedua nya.

"Aku enggak kenal dia," jawab Fai dengan polosnya.

Raz mengerutkan kening nya, lalu beralih menatap Afsheen, berharap mendapatkan informasi yang lebih rinci.

"Itu, tadi ... Kak Fai berantem sama Kak Alard. Em, enggak berantem si, lebih tepatnya adu argumen. Kak Alard ngusir kita dari tempat kita di kantin, Kak Fai akhirnya enggak terima dan balik marah ke Kak Alard. Dan terakhir, Kak Fai numpahin minuman ke rok Kak Crissa, pacarnya Kak Alard. And then, kita lari."

Setelah mendengar kan juga sedikit memandang gadis didepan nya ia beralih ke arah Fai. "Kamu nggak boleh capek, dek. Aa udah bebasin kamu tapi kamu malah seenaknya gini. Baru sehari SMA udah gini, Aa bilangin papa buat masukin kamu ke pesantren lagi ya!"

"Ih, Astaghfirullah. Enggak gitu. Fai enggak papa, nih udah baik-baik aja. Aa tuh jangan berlebihan deh."

Raz menatap Fai dengan datar. Ia benci ketika dirinya dikata berlebihan padahal sebenarnya ia sangat takut. Ia tak ingin melihat Fai kesakitan, berbaring tak berdaya di rumah sakit dengan berbagai alat penunjang yang memenuhi seluruh tubuhnya.

Raz benci ketika ia tak berdaya di samping adiknya yang berjuang keras sendirian. Ia tak tega melihat adiknya yang selalu manja padanya itu berubah pucat dan tak banyak bergerak. Sesulit itu kah Fai memahaminya?

Fai menghembus nafasnya, lalu mengangguk seraya menatap mata Raz. "Oke, Fai ngaku salah, maaf," ujar Fai.

Raz mendekat kan badan nya pada Fai, lalu menjentikkan jari nya di dahi Fai.

[As3] Cerita Aku, Kamu Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang