38 || Kehilangan Aurora.

840 224 103
                                    

"Kehilangan adalah hal yang pasti akan semua manusia rasakan dan kehilangan tentu meninggalkan begitu banyak luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kehilangan adalah hal yang pasti akan semua manusia rasakan dan kehilangan tentu meninggalkan begitu banyak luka. Namun, kehilangan bukan hal yang harus kita jadikan akhir dari segalanya."

-CAKK, 13 juli 2021.

««««»»»»

Alard tak tahu harus merasa seperti apa hari ini. Harinya hancur hanya karena beberapa masalah datang bersamaan mendobrak pintu hatinya.

Penolakan sang Ayah untuk bertemu Aurora, pertemuannya dengan wanita yang membunuh sang Bunda, Griez yang secara tidak langsung menjadi saudara tirinya, juga sang Adik yang semakin kritis setiap menit.

Alard tidak tahu harus melampiaskannya pada apa. Dia tidak mengerti harus mengutuk siapa atas segala takdir buruk yang ia jalani. Dia tidak pernah meminta apapun pada Tuhan. Bahkan saat Bundanya meninggal ia tidak meminta Bundanya kembali, karena ia memiliki Adiknya, Aurora-nya.

Namun, kenapa saat ia meminta satu hal untuk pertama kalinya. Tuhan seakan enggan untuk menyambut dia. Ia hanya meminta Aurora untuk bertahan di sisinya, tapi kenapa selalu berita buruk yang ia terima.

Alard sejak dua jam lalu hanya menunggu di luar ruangan Aurora. Menanti dengan cemas keluarnya sang dokter. Dia hanya diam seraya tertunduk sejak ia menelpon Fai tanpa mengatakan apapun selain yang terakhir ia ucapkan. Mematikan sambungan teleponnya dengan Fai secara sepihak, membiarkan Fai bertanya-tanya di ujung sana.

Ia hanya merasa ia salah berbicara seperti itu. Dia memang butuh Fai, tapi ia tidak bisa selalu memaksakan kehendaknya. Apalagi di saat pikirannya terasa terbakar.

Saat Alard masih tertunduk dengan tangan tertaut, seorang suster keluar dari ruangan Aurora dengan wajah panik. "Alard, Aurora terus memanggil anda."

"Kenapa? Apa yang terjadi sama Aurora?" tanya Alard penuh kekhawatiran.

"Mari masuk, Aurora hanya terus memanggilmu."

Alard ikut masuk ke dalam ruangan. Di sana ia melihat Aurora yang tersenyum menanti dirinya dengan tangan melambai ke arahnya.

"Rora, apa yang sakit? Cerita sama Abang," tanya Alard menggenggam tangan kecil Aurora yang terpasang infus.

"Abang ...," panggil Aurora dengan suara pelannya yang halus dan serak.

"Hm? Kenapa? Abang di sini," jawab Alard.

"Rora pengen ketemu Ayah," pinta Aurora dengan mata yang mulai terlihat berembun.

"Abang sudah bilang, pria itu nggak mau bertemu dengan kita. Dia sibuk sama keluarga barunya, Rora."

"Rora tau, tapi Rora sedih. Rora pengen lihat Ayah untuk terakhir kalinya sebelum Rora tidur nyenyak, Abang," cerita Aurora. Membuat Alard mengetatkan genggaman tangan mereka.

[As3] Cerita Aku, Kamu Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang