[As3] Cerita Aku, Kamu Dan Kita

16 || Waktu

"Jika hidup adalah takdir, maka sukses adalah pilihan. Dan pilihan nya jatuh pada waktu, waktu yang menunjukkan, waktu yang menuntun, dan waktu yang menghentikannya juga."

-CAKK, 11 april 2021.

[⚠️WARNING⚠️
Sensitive topic & toxic]

«««»»»

Di ujung kota, di gelapnya keadaan malam yang menjadi teman, sebuat tempat berdiri. Tempat dimana orang-orang melampiaskan segalanya.

Tempat dimana hiruk pikuk perkotaan tidak diperdulikan, tempat yang selalu berdentum keras dengan lagu yang memekakkan telinga juga membuat jantung berdebar. Tempat yang penuh akan asap rokok, minuman beralkohol, atau apapun yang hanya berisi kemaksiatan.

Alard salah satu yang berada di sana, namun bukan club tujuan utamanya. Melainkan ruang bawah tanah yang disulap menjadi tempat untuk bermain biliard juga tempat pertarungan ilegal.

Dia menyukai pertarungan. Hasrat nya akan bertarung selalu ia lampiaskan disana, setidaknya setelah memenangkan nya ia bisa mendapatkan nilai rupiah yang besar untuk ia gunakan kembali.

Hidupnya keras, sekeras tinjuan yang selalu ia layangkan pada musuhnya diatas ring. Ia tak mengenal apa itu kasihan dan belas kasih, hidupnya terdidik keras bahkan saat ia masih tidak benar mengucapkan huruf 'R'.

"Istirahat dulu, Lard. Lo udah hampir bunuh tiga orang dalam waktu kurang lebih tiga jam. Bayaran lo udah numpuk di loker," ujar Sina, seorang petarung ilegal yang lebih senior dibandingkan Alard. Dia juga yang mengenalkan tempat ini pada Alard.

Alard menyenderkan tubuh berkeringatnya pada sisi ring setelah berhasil mengalahkan musuh keempat, musuhnya itu benar-benar babak belur, dia langsung dibawa keluar area ring, membuat Alard berdecih, merasa musuhnya malam ini terlalu lemah.

"Udah berapa bayaran gue, Bang?"

"35 juta bersih di tangan lu malam ini."

"Sebanding untuk musuh lemah kayak mereka."

"Lo selalu bilang semua musuh lo lemah, kapan lo bilang mereka setara?"

"Mungkin kalo gue berantem ama lo?"

"Sial, lo yang akan kalah," Alard membalas ucapan Sina dengan dengusan kasar, seniornya terlalu menganggap ia lemah.

"Lo masih tetap mau disini? Gue mau ke atas, mau minum, ikut?"

"Enggak, gue mau bersih-bersih badan dulu."