29 || Perkataan yang mematikan.

905 208 83
                                    

"Karena pada dasarnya, perasaan yang tulus itu hadir dari hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena pada dasarnya, perasaan yang tulus itu hadir dari hati. Bukan dari wajah apalagi isi dompet."

-CAKK, 25 Mei 2021.

««««»»»»

Ini sudah hari kedua setelah Fai kembali sekolah, berarti sudah lewat lima hari sejak saat itu ----saat dimana ia melihat Alard bersama adiknya dirumah sakit yang sama dengannya.

Dua hari itu pula Fai tak melihat sosok pria bertindik ----yang sebenarnya ingin sekali ia lihat---- di sekolah. Tak ada yang bisa ia tanyai, tak ada yang bisa memberitahukan nya. Ia hanya terus melirik, mencari dengan pikiran yang berkelana. Memikirkan kemana orang itu.

Rasanya aneh, ia dan Alard bahkan tak saling kenal sedekat itu. Tapi ia bisa merasakan hampa saat tak melihatnya. Bukankah itu janggal?

Fai baru saja keluar dari kamar mandi dengan tangan yang memegang tisu untuk mengeringkan tangannya yang basah. Ia berjalan santai di lorong kelas 2 yang sepi karena masih jam pelajaran. Apalagi ini masih di lorong bagian belakang dekat kamar mandi dan gudang, tentu saja semakin terasa sangat sepi dan sunyi.

Saat kaki nya melangkah hampir melewati pintu gudang, tangannya terasa dicengkeram, ditarik paksa untuk masuk melewati celah pintu yang sengaja tak dibuka lebar. Membuat tangannya yang lain dengan refleks melepaskan tisu hingga terbuang begitu saja didepan pintu gudang.

"Hmmpphh!" mulutnya disekap dengan tangan yang terasa kasar juga lebar. Matanya tak berani ia buka.

Tubuh yang terasa sangat dekat didepan nya, bau parfum mask yang sangat menyengat hidungnya, benar-benar membuatnya takut bukan main. Rasanya, sekarang ia seperti sedang bermain VR game dengan tema pembunuhan dan penculikan.

"Diam."

Suara itu ... suara yang tak asing baginya. Suara yang sama yang selalu memberikan penekanan untuk mendominasi juga terdengar berbahaya.

Alard ...

Perlahan tapi pasti, Fai membuka matanya. Saat matanya terbuka lebar ia dikejutkan dengan wajah yang benar-benar dekat dengannya. Bahkan, hampir tidak ada jarak jika saja hidung keduanya tidak memiliki tulang yang tinggi.

"Hai?"

Istighfar, Fai tak melupakan kalimat itu dilidah nya yang tersembunyi dibalik bibir. Fai bahkan tak berani membuka mulutnya, ia takut, sungguh. Jarak ini, benar-benar bukan jarak aman baginya. Jika saja dikepala nya terdapat lampu pengintai keadaan, mungkin kini, lampu itu sudah berwarna merah dengan bunyi yang nyaring.

[As3] Cerita Aku, Kamu Dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang