22.

33 15 23
                                    

Tepat pukul 8 pagi tamu mulai berdatangan. Baik itu para alumni SMA Garuda, ataupun rombongan undangan dari sekolah yang akan bertanding, beserta suporter dari masing-masing sekolah

"Woahh gila, kayaknya tahun ini lebih rame dari tahun sebelum-sebelumnya ya?" ujar Desi setelah melihat para rombongan memasuki gerbang sekolah

"Jelas lah, soalnya tahun ini kan perayaannya dibuka untuk umum," Calya menyahut, masih terfokus pada rombongan di bawah sana

"emang tahun sebelumnya nggak?" Kanaya bertanya sambil menumpukan tangannya pada pagar pembatas lantai dua

"Katanya sih nggak. Tapi semenjak kak Zaidan yang ngejabat jadi ketos tahun lalu, peraturannya berubah"

"berubah?" Kanaya mengernyit bingung

Calya mengangguk "hmm, dia ngusulin ke kepsek buat bikin perayaan yang terbuka untuk umum gitu. Para guru setuju aja tapi dengan syarat keamanannya tetap terjaga. Dia sama anak osis yang lain nyanggupin syaratnya. Bahkan saat itu para guru dan bagian sponsor puas dengan hasil kerja anak osis,"

"Makanya tahun ini di buka untuk umum lagi, dan seperti yang lo lihat, tamunya bahkan lebih banyak dari tahun kemarin,"

"cuma gue agak kasihan sih sama anggota osis soalnya mereka kayaknya bakalan capek banget, terutama bagian keamanan," sahut Desi

"hmm.. iya juga sih! apalagi pas  malam puncak nanti, harus ekstra sih penjagaannya,"

"oh ya Nay? tim lo kapan tanding?"

"jam 11 nanti,"

Calya dan Desi mengangguk, mereka bertiga mulai terfokus lagi pada acara di bawah sana. Di lapangan terlihat MC sedang mengucapkan salam pembuka untuk para tamu, kemudian giliran ketua yayasan, kepala sekolah, dan perwakilan dari para sponsor yang memberikan sepatah dua patah kata sambutan.

Acara pertama dibuka dengan penampilan dari paduan suara untuk menyanyikan lagu Indonesia raya. Saat menyanyikan lagu ini, semua orang baik yang berada di lapangan, di lantai dua dan tiga, bahkan para pedagang kantin pun, semuanya berdiri ikut bernyanyi sehingga lagu menggema di setiap penjuru sekolah.

Setelah itu dilanjutkan penampilan ekskul musik. Alfa sudah berdiri di atas panggung, membuat para gadis menjerit heboh.

"Kak Alfa!, Alfa!" Alfa tersenyum tipis mendengar para gadis itu meneriakkan namanya

Membuat keempat sahabatnya yang berdiri di pinggir lapangan kompak membuat ekspresi ingin muntah melihat laki-laki itu.

Para penonton seketika terdiam mendengar suara Alfa yang mulai bernyanyi, diikuti alunan musik orkestra dan musik EDM.


Tidak sampai di situ, para penonton di buat berdecak kagum ketika mendengar suara gemelan dan suara orang yang sedang menari Kecak dari pulau Bali. Dan bahkan mereka di buat merinding ketika mendengar suara sinden Ayyara di tengah-tengah lagu.

"woahh gila ekskul musik! keren parah," Tama menggelengkan kepala, takjub dengan penampilan ekskul musik sekolah mereka

Alby mengangguk "bener banget. gue juga nggak nyangka kalo Ayya bisa nyinden gitu? merinding dengarnya,"

"gue lebih nggak nyangka. Kalo dia bisa bahasa Jawa." Drian terkekeh kecil

Zaidan yang mendengar celetukan mereka hanya tertawa saja. Sebenarnya ia juga takjub dengan penampilan ekskul musik. Apalagi dengan Alfa, laki-laki itu terlihat sangat berbeda ketika sudah berada di atas panggung seperti saat ini. Laki-laki itu tidak terlihat seperti Alfa biasanya, yang tengil dan selalu berdebat dengan Tama.


AlbyNaya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang