49.

18 6 6
                                    

Keheningan menyelimuti Alby dan Kanaya di dalam mobil yang dikendarai Alby. Tidak ada pembicaraan apapun diantara keduanya. Sampai sekitar dua puluh menit kemudian Alby menghentikan mobilnya di depan pagar rumah Kanaya.

"Nay..."

"kenapa nggak bilang sama aku, kalo sebenarnya kak Alby ikut program beasiswa?"

Alby tidak melanjutkan ucapannya saat Kanaya justru berbicara lebih dulu.

"maaf!"

"kalo aja kak Tama nggak keceplosan bahas itu, apa kak Alby nggak akan ngasih tau aku?"

Alby menggeleng,"nggak gitu. aku cuma nunggu waktu yang tepat buat bilang..."

"kapan?" Kanaya menyahut cepat,"satu bulan lagi? dua bulan lagi? atau pas kak Alby udah dinyatakan lulus dari sekolah?"

Alby total terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Karena ia sendiri pun tidak tahu kapan pastinya atau mungkin terlalu takut mengatakan hal itu jika saja Tama tidak keceplosan mengatakannya tadi.

"terus hubungan kita gimana?" lanjut Kanaya bertanya lirih.

Dan Alby memejamkan matanya, inilah yang ia takutkan. Hubungan yang ia jalani dengan Kanaya memang baru berjalan hampir lima bulan. Namun, lima bulan cukup membuat mereka merasa nyaman dan terbiasa satu sama lain. Setidaknya itulah yang Alby rasakan. Entahlah, Alby tidak tahu harus bagaimana. Ia bahkan ragu dengan keputusannya sendiri.

"kak!"

Alby mengerjap, sadar dari lamunannya. Ia menatap Kanaya yang kini juga tengah menatapnya sendu.

"kak Alby mendingan pulang dulu, ini udah larut. aku juga udah ngantuk,"

"tapi..."

"kita bicara'in ini nanti,"

"tapi Nay..."

"kak please...kasih aku waktu buat mikir dulu," ada jeda, Kanaya menggigit bibirnya, "aku takut... kalo kita bicara sekarang, aku bakalan egois,"

Setelah mengatakan itu Kanaya melepas seatbelt, lalu lekas keluar dari mobil. Meninggalkan Alby yang terdiam berusaha mencerna yang baru saja dikatakan gadisnya itu.


***



Brak!


"ALLAHUAKBAR! "

Tama yang mulanya hampir menyelami alam mimpi harus terlonjak kaget saat pintu kamarnya dibuka secara kasar. Sempat hendak memaki orang yang membuatnya kaget tersebut, tapi saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu segala kata makian yang tadi sudah siap keluar dari mulutnya tertelan begitu saja digantikan dengan senyum kikuk.

"eh? bro, ngapain kesini?"

"menurut lo aja gue ngapain?" Alby berjalan santai masuk kedalam kamar Tama dan duduk lesehan di karpet.

Tama menggaruk pangkal hidungnya, "sorry! gue mana tau kalo lo belum ngomong sama pacar lo masalah beasiswa itu,"

"nyenyenye! minta maaf sama pantat gue,"

"dih..najis," Tama melempar bantal kesal, "eh, tapi serius nih nyet. lo ngapain kesini?"

"tadinya mau ngegebukin lo, tapi nggak jadi pas inget lo juara karate tingkat nasional tahun lalu," jelas Alby.

AlbyNaya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang