33.

16 9 14
                                    

Selasa pagi, tidak ada yang spesial di pagi ini. Kanaya selalu mengawali paginya dari bangun tidur, mandi, dan sarapan bersama kedua orangtuanya, serta berangkat ke sekolah bersama Alby. Begitulah seharusnya, tapi kali ini sedikit berbeda karena Alby tidak menjemputnya, bahkan laki-laki itu juga tidak memberikan kabar apapun sebelumnya.

Sebenarnya tidak masalah jika Alby tidak menjemputnya sebab terkadang mereka tidak harus berangkat bersama, tapi laki-laki itu tidak memberitahukan apa-apa pada Kanaya

Sampai waktu menunjukkan pukul 07:45 satu chat dari Alby masuk ke ponsel Kanaya. Melihat itu Kanaya hanya bisa menghela napas pelan, sejujurnya ia merasa sedikit kesal pada Alby.

Bagaimana tidak kesal, kalau Alby baru mengabarinya setelah kurang dari tiga puluh menit lagi bel masuk sekolah. Sedangkan dari rumah Kanaya ke sekolah itu memerlukan dua puluh menit perjalanan, belum lagi ia harus menghadapi kemacetan kota Jakarta jika di pagi hari seperti ini.

Dan seperti yang sudah bisa di tebak Kanaya terlambat. Ia datang tepat 8 menit setelah bel masuk sekolah berbunyi, akibatnya ia harus menerima hukuman dari guru piket yang bertugas untuk membersihkan seluruh halaman outdoor sekolah.

Kanaya bersyukur ia tidak sendiri, karena banyak siswa dari kelas lain yang juga terlambat hari ini.

***


"Tumben lo telat Nay?" tanya Desi ketika mereka sudah duduk di kantin sekolah siang ini.

"kejebak macet, pasti?!" tebak Calya sambil meletakkan nampan pesanannya di atas meja

Kanaya hanya mengangguk membenarkan. Memang tadi ia masuk kelas setelah jam pelajaran ke dua dimulai. Untung saja pak Anhar guru mata pelajaran biologi yang mengajar tidak mempermasalahkan keterlambatan dirinya tadi.

Sedang asik menikmati makanan tiba-tiba Kanaya melihat teman sekelasnya Vina dan Hana mendekati ibu penjual kantin dan menyodorkan sebuah kotak pada ibu itu

"Cika sama Hana ngapain ya?"

Desi dan Calya ikut menoleh ke arah pandang Kanaya dan hampir saja Desi menyemburkan minuman di mulutnya saat melihat kedua teman sekelas mereka itu.

Desi menendang pelan kaki Calya di bawah meja tanpa diketahui Kanaya, saat Calya menatapnya gadis itu memberi isyarat lewat matanya.

"emm..Nay, ke kelas yuk, udah mau bel deh kayaknya!" ujar Calya, mengalihkan perhatian Kanaya

"eh? emang iya? tapi Desi belum selesai makan..."

"eh! nggak apa-apa, gue udah kenyang kok, yaudah ayo ke kelas," ujar Desi, buru-buru berdiri dari duduknya

Kanaya yang melihat itu sedikit heran, tapi tidak mau ambil pusing. Ia menurut saja saat kedua temannya mengajaknya kembali ke kelas.

Saat kembali ke kelas pun teman sekelas juga bersikap sedikit aneh menurut Kanaya. Sampai bel pulang sekolah berbunyi, awalnya Kanaya sudah bersiap untuk pulang setelah guru yang mengajar keluar kelas, tapi Doni ketua kelas mereka tiba-tiba berdiri di depan kelas dan meminta mereka semua tidak pulang dulu

"oke guys! gue mau minta waktunya sebentar nggak apa-apa kan?" ujar Doni, yang hanya diangguki semua murid di kelas itu

"jadi gini, seperti yang udah kita sepakati dari kelas 10, kelas kita selalu merayakan perayaan apapun itu, entah itu kalau kelas kita menang lomba, atau salah satu dari kalian ada yang ikut lomba yang di adakan sekolah terus menang, dan bahkan kita selalu merayakan ultah salah satu anggota kelas kita kan?"

AlbyNaya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang