43.

20 8 9
                                    

"perasaan gue kok nggak enak gini ya?!" ujar Desi yang duduk di samping Ayyara.

"jangan aneh-aneh deh Des," sahut Calya dari arah jok paling belakang.

"siapa yang aneh-aneh sih? gue serius ini, dari kemarin tuh kayak nggak enak banget. bawaannya juga lemes mulu,"

"kamu sakit?" tanya Kanaya yang duduk di samping pak supir.

"nggak panas sih?" sahut Ayyara setelah memegang dahi Desi.

"lo mau haid kali, biasanya kan kalo gue haid, beberapa hari setelahnya lo nyusul!" ujar Calya.

Kanaya merogoh tas selempang yang ada di pangkuannya, "aku ada minyak kayu putih nih, kali aja kamu pusing!" ujarnya berbalik seraya memberikan minyak kayu putih itu pada Desi.

"di laci ada kantong kresek neng, jaga-jaga kalo eneng nya teh mau muntah!" ujar pak supir menimpali.

Kanaya mengangguk, lalu membuka laci dan memberikan kresek itu pada Desi.

Bertepatan dengan itu ponsel Kanaya berdering, "hallo bun?" ujarnya sesaat setelah menempelkan ponselnya di telinga.


"....."

"jadi kok. Ini lagi di jalan mau ke bandara!"

"....."

"emm...kayaknya malam deh baru sampai Jakarta,"

"....."

"hmm...iya, nanti Naya kabarin lagi kalo udah sampai sana,"

Kanaya mengakhiri panggilan teleponnya. Namun, saat hendak memasukkan ponselnya kembali kedalam tas fokusnya teralihkan pada pak supir di sebelahnya yang terlihat gelisah.

"ada apa pak?" tanya Kanaya.

"huh! i-itu neng, sepertinya teh rem mobilnya blong ini!!" jawab pak supir gelagapan.

Sontak saja Kanaya dan yang lainnya terkejut mendengar hal itu.

"Ap-apa? terus gimana dong ini? di depan jalanan rame banget," ujar Desi mulai panik.

"kalo kita terus ke depan bisa kecelakaan beruntun sama kendaraan lainnya," timpal Calya sama paniknya seperti Desi.

Mereka yang berada di dalam mobil semua berteriak ketika pak supir membanting stir ke arah kanan. Kanaya bahkan memejamkan matanya sambil berdoa di dalam hati, melupakan ponselnya yang terjatuh entah kemana.

Sampai akhirnya Kanaya merasakan benturan yang sangat keras.



***



Alby berlarian di lorong rumah sakit, matanya dengan teliti melihat ruangan-ruangan yang ia lewati. Ia tidak sendiri karena Drian, Alfa, Tama, dan Aldy yang mengekor di belakangnya.

"guys!" seru Tama, "ini nih!!" tunjuknya pada sebuah ruangan.

Drian menatap pintu ruangan itu dengan kening berkerut. Ia hendak berbicara tapi urung saat melihat Tama sudah membuka pintu ruangan itu.

"dek Ay...."

"Noona....."


Tama dan Aldy menghentikan ucapan mereka, dan terdiam mematung di depan pintu.

Alfa yang berdiri di belakang mereka mengangkat sebelah alisnya, lalu mencoba melihat ada apa di dalam ruangan itu. Bertepatan dengan itu pintu ruangan di seberang mereka terbuka.

"Eh? kalian udah nyampe ternyata!"

Sontak saja Alby dan yang lainnya menoleh pada gadis yang berdiri di depan pintu. 

AlbyNaya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang