47.

21 7 8
                                    

Siang menjelang sore, setelah bel pulang sekolah berbunyi Alby lantas bergegas keluar kelas, menuruni tangga lantai tiga dengan tergesa. Tujuannya hanya satu menuju kelas 11 IPA 2, untuk menemui gadisnya.

Tepat saat Alby sampai di depan kelas itu, Kanaya keluar dari kelasnya. Sontak saja Alby tersenyum, jujur ia merindukan gadisnya itu. Dua hari tanpa berinteraksi dengan Kanaya membuat Alby frustasi, karena ia sudah terbiasa bersama dengan gadisnya itu sebelumnya. Entah itu saat mereka berangkat atau pulang sekolah bersama, berkirim pesan setiap saat, atau bahkan kebiasaan Alby yang melihat Kanaya makan di kantin meskipun mereka tidak duduk di satu meja yang sama, rasanya itu menyenangkan. Namun, dua hari terakhir Kanaya menghindarinya, mereka terkesan seperti bermain kucing-kucingan, bahkan pesan-pesan yang Alby kirimkan melalui chat pun diabaikan begitu saja.

Tetapi tadi tiba-tiba saja Kanaya mengirim pesan ingin pulang bersama Alby. Jadi untuk itulah Alby buru-buru menghampiri gadisnya itu setelah bel pulang berbunyi.

"kak Alby kok udah di depan kelasku? bukannya bel pulang baru bunyi tadi ya?" Kanaya berujar heran.

"emm...hee.. sengaja sih, nggak sabar ketemu kamu!"

"Ha?"

"eh..itu..tadi jamkos, jadi pas bel langsung keluar kelas gitu aja,"

"oh," Kanaya mengangguk mengerti.

"Nay, tunggu!"

Kanaya menghentikan langkahnya saat Alby memegang pergelangan tangannya.

"kenapa?"

Alby menggaruk pelipisnya, kemudian berdehem, "kamu...."

"Nay gue sama Desi duluan ya!?"

Kanaya menoleh, "hah? oh..iya.. hati-hati ya kalian!?"

"hmm...dadah Naya!!" Desi melambaikan tangannya sambil berjalan menyusul Calya yang berjalan lebih dulu menuruni tangga.

Alby memperhatikan semua itu dalam diam, lalu tersenyum gemas saat melihat Kanaya terkekeh dengan tingkah Desi tadi.

"oh iya? tadi kak Alby mau ngomong apa?" tanya Kanaya saat sadar masih ada Alby di sampingnya.

Alby membasahi bibirnya gugup, "emm...kamu..nggak akan tiba-tiba putusin aku kan nanti?"

Kanaya mengerjap seakan tidak percaya dengan pertanyaan Alby, "kenapa nanya gitu?" tanyanya.

"emm..soalnya kamu ngehindarin aku dua hari ini. terus sekarang tiba-tiba ngajak pulang bareng. biasanya kan kalo di drama atau sinetron suka gitu, diajak senang-senang ntar ujung-ujungnya minta putus,"

Kanaya rasanya ingin tertawa mendengar jawaban Alby, tapi ia berusaha menahannya, "nggak kok. aku nggak sedrama itu," katanya seraya melanjutkan langkahnya, "lagian aku ngajakin pulang bareng karena mau minta maaf,"

"minta maaf?"

"hmm..maaf karena ngehindarin kak Alby du..."

"bukan salah kamu kok," potong Alby cepat,"harusnya aku yang minta maaf. aku ngomongin mantan gitu aja tanpa mikirin perasaan kamu. jadi wajar kalo kamu kesal sama aku,"

Kanaya menghentikan langkahnya kembali, yang mana itu juga membuat Alby ikut berhenti.

"kak..."

"it's okay! aku tau kok kalo kamu kesal. meskipun awalnya aku nggak ngerti kenapa kamu diemin aku setelah pembicaraan kita di uks waktu itu. tapi sekarang aku tau kok, itu karena kesalahan aku sendiri,"

Alby memegang kedua pundak Kanaya, menatap mata gadisnya yang kini juga tengah menatapnya, "Nay, aku emang playboy dulunya. tapi meskipun gitu aku nggak pernah peduli mau pacar aku ngambek, kesal, dan akhirnya minta putus sekalipun aku nggak peduli. karena aku orangnya se bodo amat itu. cuma kamu doang atau mungkin hanya kamu satu-satunya yang bikin takut, khawatir, cemas, jadi satu saat kamu ngehindarin aku kayak gitu,"

AlbyNaya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang