31.

19 10 15
                                    

Bermenit-menit menunggu akhirnya pesanan yang mereka tunggu datang juga

"wahh! akhirnya...eh?" alis Tama bertaut saat melihat salah satu menu yang menurutnya tidak biasa, begitupun dengan yang lainnya "minuman apaan nih? kok luber keluar gitu?" ujarnya sambil mengamati minuman itu

"ini juga, donat kecebur atau gimana?" tunjuk Alfa pada minuman yang lainnya

"norak banget lo berdua," jengah Drian, ia merasa malu saat kebanyakan pengunjung kafe melihat kearah mereka setelah mendengar celetukan Alfa dan Tama tadi

"bukannya norak Dri, cuma aneh aja liatnya,"

"kayaknya ini menu barunya deh, cobain aja dulu. aku yakin nanti bang Bara pasti kesini lagi buat minta pendapat kita,"

Apa yang dikatakan Ayyara benar, karena setelah tiga puluh menit mereka menikmati makanan masing-masing. Bara muncul menemui mereka lagi, laki-laki itu sudah mengganti setelan kemejanya dengan kaos putih kebesaran, dipadukannya dengan celana jeans hitam serta sandal yang membuat siapa saja tidak akan percaya kalau dia lah sang pemilik kafe.

"gimana? menurut kalian menu baru kafe gue?" ujar Bara seraya menarik kursi dari meja sebelah

"maksud lo minuman yang tumpah sampai keluar mug, sama donat yang kecebur itu?"

Bara mendelik mendengar ucapan Tama, tapi tak urung mengangguk

"itu minuman apaan njir...awwshh dek Ay kok di cubit sih?" ringis Tama menggosok lengan kirinya yang dicubit Ayyara

"bicara yang cantik ihh! nggak boleh ngumpat gitu,"

"kebiasaan dia Ay!"

Tama melotot pada Zaidan "Heh! lo juga biasanya gitu kali!"

"udah deh. Tama jangan gitu lagi, apalagi sama bang Bara, dia lebih tua dari kamu tau,"

"iya..iya..maaf,"

Bara dan keempat sahabat mereka yang lain, serta Kanaya terkikik geli melihat tingkah Tama yang seperti seorang anak kecil yang baru saja dimarahi orang tuanya.

Begitulah Ayyara, gadis itu akan berubah cerewet seperti orang tua Alby dan keempat sahabatnya, jika menurutnya Alby dan keempat sahabatnya yang lain dirasa sudah bertindak keterlaluan.

Dan baik Alby dan keempat sahabatnya yang lain tidak akan bisa membantah perkataan gadis itu.

"emm...menurut aku makanannya enak," ujar Kanaya mencoba mencairkan suasana "penyajiannya juga unik. buat remaja kayak kita-kita udah pasti seneng sama hal-hal yang unik,"

Bara mengangguk "hmm..lo bener banget. Makanya itu gue kepikiran buat penyajian yang unik kali ini, selain menarik minat pelanggan, gue tau remaja zaman sekarang emang kebanyakan tertarik sama hal-hal yang unik,"

"keren abang gue," celetuk Alby bangga, tentu saja bangga melihat kesuksesan laki-laki itu di usia muda.

Selama ini Alby dan keempat sahabatnya selalu menjadikan Bara penutan mereka, selain karena laki-laki itu adalah kakak dari Ayyara, yang sudah mereka anggap kakak mereka sendiri, juga karena mereka mengagumi segala prestasi yang di capai laki-laki itu.

Barachandra Wijaya, berusia 22 tahun, yang berhasil menyelesaikan kuliahnya hanya dalam tiga tahun serta menjadi lulusan terbaik dikampusnya. Bukan hanya itu, saat laki-laki itu baru menduduki bangku kuliah ia membuka usahanya sendiri dengan pinjaman modal dari papinya, dan sekarang sudah berhasil ia kembalikan, mengingat usahanya kini menjadi salah satu kafe terbesar di Jakarta.

Tidak sampai disitu saja, ia juga bekerja sebagai manajer personalia di perusahaan milik papinya. Namun, jika orang lain berpikir Bara ada diposisi itu karena papinya adalah pemilik perusahaan, maka mereka salah besar. Karena Bara tidak pernah menggunakan statusnya sebagai anak pemilik perusahaan, ia datang keperusahaan bersama ratusan pelamar lainnya, saat mendengar perusahaan milik papinya itu membuka lowongan pekerjaan untuk beberapa posisi di kantor.

AlbyNaya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang