50.

21 6 9
                                    

Suasana sejuk diminggu pagi, enaknya pergi jogging. Kanaya bersiap dengan setelan crop hoodie berwarna abu muda dan legging panjang berwarna hitam, serta menenteng sepasang snikers menuju teras rumah.

"mau kemana?"

Kanaya yang baru saja selesai memasang sepatunya dibuat menoleh oleh pertanyaan itu. Arya, ayahnya berdiri di ambang pintu menatapnya penuh tanya. Kemudian ia melihat bundanya juga keluar membawa secangkir kopi, yang kemungkinan untuk ayahnya.

"mau jogging" jawab Kanaya sambil memasang helm nya.

"bawa motor?"

"iya. mau ke taman kota,"

"mau ayah temenin nggak?"

Kanaya menggeleng selepas menyalimi kedua orang tuanya, "nggak deh, ayah temenin bunda aja di rumah,"

"Hhh..iya deh, tau yang mau jogging sama pacarnya," Arya menyeruput kopinya seraya mengedip jail pada putrinya itu.

Sementara Kanaya hanya menanggapi dengan senyuman, lalu menyalakan motornya.

"kok tumben, pagi banget. biasanya kalo jogging ke taman kota kamu berangkat nya jam setengah tujuh? ini aja belum jam enam loh!" Puspa, bertanya heran.

"hmm..iya. mau menikmati sejuknya udara pagi,"

Puspa mengangguk saja, "oh.. yaudah hati-hati, jangan ngebut bawa motornya," nasihatnya.

Kanaya mengangguk dan perlahan mengendarai motornya meninggalkan pekarangan rumah setelah mengucapkan salam.



Bohong!



Kanaya berbohong mengatakan ingin menikmati sejuknya udara pagi ini. Yang sebenarnya ialah ia hanya tidak bisa tidur memikirkan permasalahan hubungannya dengan Alby.

Masalah kecil memang, karena logikanya mereka berdua hanya tinggal memilih tetap menjalin hubungan jarak jauh jika Alby lulus ikut program beasiswa nanti atau berhenti saja. Namun, masalah ini juga tidak bisa dipikirkan hanya dengan logika semata, melainkan dengan hati. Dan pertanyaannya apakah mereka mampu untuk tetap menjalin hubungan jarak jauh seperti itu, atau apakah mereka siap jika harus berhenti. Rasanya Kanaya tidak ingin memilih satu diantara kedua opsi tersebut.

lalu bagaimana?

Entahlah, Kanaya juga bingung. Hubungan mereka dimulai dari Alby yang tiba-tiba meminta menjadi kekasihnya padahal saat itu ia baru satu minggu bersekolah di SMA Garuda. Alby yang gencar terus-terusan mendekatinya walaupun ia abaikan begitu saja. Sampai akhirnya Kanaya jengah dan memutuskan mengikuti saran absurd dari Desi, berharap setelah mereka jadian beberapa hari Alby akan bosan dan memutuskannya. Namun, siapa sangka hubungan mereka justru bertahan hingga saat ini.

Terlepas dari Alby yang dengan tulus menyatakan perasaannya ketika mereka liburan di pantai waktu itu. Kanaya pun merasakan hal yang sama, hanya saja ia masih ragu dengan perasaannya sendiri.

"Naya!"

Mengerjap, lalu menoleh ke samping kanan setelah memarkirkan motornya, Kanaya cukup terkejut melihat laki-laki yang beberapa bulan lalu pernah menolongnya "Eh? kamu..."

"Alvin!"

Kanaya mengerjap lagi, lalu memiringkan kepalanya bingung. Sedangkan laki-laki yang tadi menyebut dirinya sebagai Alvin terkekeh melihat responnya.

"gue Alvin,"

Kanaya menggumamkan 'oh' tanpa suara dan mengangguk, "iya! tau kok, kan di pantai waktu itu udah kenalan," ujarnya.

AlbyNaya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang