29.

21 10 14
                                    

Biyan Bagaskara adalah seorang pengusaha sukses, berpenghasilan milliaran setiap bulannya. Ia juga seorang suami dan ayah dari kedua anak laki-lakinya yang masih berusia belasan tahun, yang mana artinya ia tidak perlu repot-repot dulu berpikir untuk mengajari anaknya tentang pernikahan, atau bahkan cara mengucapkan ijab kabul di depan penghulu saat ini.

Tetapi apa yang Biyan dengar beberapa saat lalu sangat membuatnya terkejut, sampai-sampai ayam goreng yang ada di piring nasinya meloncat begitu saja keluar dari piring.

Tentu saja ia terkejut, saat Alby anak pertamanya yang masih berusia 17 tahun dan masih kelas tiga SMA, memintanya mengajari cara mengucapkan ijab kabul.

"i-ii..ijab ka-bul?" ujar Biyan terbata

Alby mengangguk santai "hmm, ajarin Alby, cara ngucapin ijab kabul yang benar,"

"kamu ngehamilin anak orang ya?"

Uhuk! Uhuk!


Alby tersedak air yang ia minum mendengar pertanyaan tidak masuk akal papanya itu

"aduh! pelan-pelan dong minumnya," Lina membantu menepuk-nepuk pelan belakang Alby "papa juga ih! kok nanyanya gitu!?" katanya lagi menatap kesal suaminya itu

"bukan salah papa dong? lagi an dia ngapain minta ajarin ijab kabul segala coba? kayak orang mau nikah aja,"

"emang mau nikah kok!"

Tuk!

"Awwshh, ma kok di getok sih?" kata Alby sambil mengusap kepalanya yang baru saja di pukul dengan sendok oleh Lina

"Apa? mau lagi? udah jangan ngaur ngomongnya. Baru kelas 12 kok mikirin nikah?" kata Lina galak

"ck, bukan gitu, makanya dengerin dulu penjelasan Alby," Alby berdecak kesal melihat respon kedua orang tuanya

Biyan dan Lina akhirnya diam mendengarkan penjelasan Alby sambil sesekali mengangguk-angguk

"hmm, gitu ya!" Biyan mengangguk mengerti "baru tau zaman sekarang ada praktik nikah segala di sekolah!" lanjutnya sambil terkekeh

"sekolah di zaman purba sih, makanya gitu!" gumam Alby pelan,

"apa? kamu bilang apa tadi?" tanya Lina menoleh pada Alby dengan kening berkerut

"hah? nggak kok, nggak apa-apa," kilah Alby gelagapan

"masa sih? kamu bilang sesuatu kok tadi, mama dengar purba-purba gitu,"

Alby meringis "nggak kok ma, mama salah dengar kali?"

"iya kali ya?" Lina terlihat berpikir "yaudah! cepetan selesai'in makannya, papa juga ayo! Selesai'in," katanya lagi

Tanpa sadar Alby menghembuskan napas lega, karena bisa gawat kalau sampai mamanya mendengar Alby mengatai kedua orang tuanya. Bisa-bisa jatah uang jajan bulanannya bulan ini di potong. Poor Alby. 😁

***

"dek Ay udah? tulisin punya gue dong," pinta Tama memajukan bukunya lebih dekat, duduk lesehan berdempetan dengan Ayyara di karpet ruang tamu rumah gadis itu malam ini.

"Yee..enak aja, satu soal aja aku udah capek tau!" tolak Ayyara sambil menggerakkan jari-jari tangannya setelah menyalin essay panjang milik Zaidan

"lo cuma satu, gue empat masih kosong!" keluh Tama, masih berusaha membujuk gadis itu

"nggak ah. tulis sendiri, aku capek,"

AlbyNaya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang