46.

17 7 10
                                    

"lo lagi berantem ya sama kak Alby?"

Kanaya yang sejak tadi memandangi langit pun menoleh pada Calya yang duduk di sampingnya, "kenapa kamu nanya gitu?"

Bukannya menjawab Kanaya justru balik bertanya.

"soalnya gue liat dua hari ini, lo kayak sengaja ngehindarin dia!"

"nggak kok. perasaan kamu aja kali,"

"nggak kok. gue juga ngerasanya gitu!" timpal Desi yang duduk di sebelah Calya, "dua hari ini lo selalu dateng ke sekolah tuh pagi banget. lo juga pas dateng cuma naroh tas doang habis itu pergi lagi, sampai gue sama Calya bingung mau jawab apa pas kak Alby nyariin lo ke kelas," jelasnya mengingat-ingat aktivitas Kanaya dua hari ini.

"hmm..dan lo juga nggak mau ke kantin, bahkan sekarang aja lo malah ngajakin kita ke taman belakang ini kan!?"

Kanaya bungkam. Ia tidak membenarkan juga tidak menyangkal hal itu. Karena sungguh Kanaya juga tidak tahu ada apa dengannya, apakah benar ia menghindari Alby? tapi kenapa? apa karena perkataan Alby waktu di uks? tapi masa sih karena itu ia menghindari laki-laki itu?

Kanaya menggeleng, merasa ada yang salah dengan dirinya.

Dia kenapa?

"kenapa jadi geleng-geleng kayak gitu?"

Kanaya mengerjap, "hah? oh nggak. nggak apa-apa!"

"nggak percaya tuh kita, ya nggak Cal?"

Calya mengangguk, "iya. dibalik jawaban nggak apa-apa nya cewek itu. udah pasti ada apa-apa!"

"tau banget lo!" ujar Desi terkekeh.

"iya lah! gue kan juga cewek,"

"oke. oke. jadi Nay, ada apa? cerita sama kita sini. jomblo-jomblo gini gue pengalaman masalah percintaan,"

"alah! pengalaman apaan? hubungan lo sama pelatih basket Naya aja nggak ada perkembangan tuh,"

Desi melotot hendak menjambak Calya, tapi gadis itu segera berpindah kesebelah Kanaya, "nyebelin banget sih lo!" sungutnya.

"haha. emang bener kan?"

"iya ish! nggak usah diperjelas juga. ah lo mah nyebelin, nggak like gue!" rajuk Desi.

Kanaya dan Calya sontak tergelak melihat Desi yang merajuk seperti itu. Sedangkan Desi semakin menekuk wajahnya kesal. Tidak ingin gadis itu bertambah kesal lagi baik Kanaya maupun Calya segera menghentikan tawa mereka.

"ehm! jadi...kenapa dua hari ini lo ngehindarin pacar lo Nay?" tanya Calya lagi setelah berdehem untuk meredakan sisa tawanya.

Desi yang awalnya merengut tadi, kini mulai merubah ekspresinya menjadi biasa lagi. Ia juga ikut menoleh menunggu cerita temannya ini.

Kanaya menghembuskan napas pelan, lalu mulai menceritakan kejadian dua hari yang lalu. Dimulai dari Alby yang menemaninya di uks saat upacara, sampai pada pertanyaan Kanaya tentang ucapan Tiara di koridor sebelum mereka sampai di uks waktu itu. Sebenarnya Kanaya mengerti maksud perkataan Tiara saat itu. Iya! Kanaya sangat tahu maksudnya, tapi ia hanya ingin melihat reaksi Alby saat ia menanyakan hal itu. Namun, siapa sangka jawaban Alby malah membuatnya sedikit merasa kesal.

"jadi..intinya lo kesal saat denger pacar lo sering ciuman sama mantannya?"

Kanaya mengerjap lalu menoleh pada Calya yang kini menatapnya sambil menahan senyum.

"Wooahhh!! kayaknya lo udah kena deh Nay?" Desi bertepuk tangan dengan hebohnya. Sepertinya ia benar-benar melupakan kekesalannya beberapa saat lalu.

Kanaya mengernyit bingung, "kena? kena, apaan maksudnya?"

AlbyNaya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang