°6. Maaf ya?°

2.1K 157 6
                                    

GUE JANJI BAKALAN VOTE DAN FOLLOW AUTHOR NYA!!
BODOAMAT UDAH JANJII

•••
Samuel menghentikan motornya tepat di rumah megah milik Anya. Untung saja gadis itu sudah memberi tahu alamatnya terlebih dahulu. Sebelum gadis itu ketiduran.

"Bangun, gue cekek nih." Samuel mencoba membangunkan Anya, nyatanya gadis itu masih terpejam dengan erat. Pelukannya pun masih belum di lepas.

"Nya, gue tabok nih." Samuel mencubit-cubit lengan Anya. Anya sedikit menggeliat, mengangkat kepalanya yang menyender di bahu Samuel. Anya mengucek matanya sejenak.

Setelah dirasa nyawanya penuh, Anya turun dari motor. Menguap sejenak, rasanya masih sangat mengantuk.

"Senyaman itu sampai ketiduran?" goda Samuel lagi. Anya tidak menanggapi, rasa ngantuknya membuat ia malas.

Tangan Samuel bergerak, melepaskan hoodie Randy yang terikat di pinggang Anya. Anya sedikit terkejut, karena posisinya seakan Samuel memeluknya.

"Gue bisa sendiri kalik," ucap Anya mencoba menyembunyikan rasa terkejutnya. Samuel memakai hoodie milik Randy, lalu menatap Anya.

Tangan Samuel bergerak lagi, merapikan rambut Anya yang berantakan. Anya dibuat terdiam lagi, ia mencoba tidak baper. Perkataan Samuel masih melekat jelas.

"Gue pulang," ucap Samuel sembari memakai helmnya. Anya hanya mengangguk, ia menepi. Samuel menghidupkan mesin motornya, mulai menjalankan motornya perlahan.

"JAGA DIRI BAIK-BAIK YA GANTENG!" teriak Anya, Samuel sedikit menoleh lalu kembali jalan. Anya tertawa kecil lalu geleng-geleng kepala. Ia berbalik badan, terkejut melihat abang dan adiknya.

"Jaga diri baik-baik ya ganteng, sampai ketemu di titik terbaik menurut takdir," ucap Adnan meniru kalimat Anya yang ia tambahi. Adnan mencolek pipi adiknya, menggodanya.

"Abangg!!"

"Hoodie sapaa tuu?" goda Alden.

"Kakak udah gede," cibir Gisell ikut-ikutan. Anya geleng-geleng kepala. Ia segera berlari memasuki rumah, menjauhi saudara-saudaranya.

•••

Anya menghentikan mobilnya, tepat di parkiran sekolah. Setelah kejadian kemarin, ia memilih membawa mobil ke sekolah. Mencoba bersikap kalem, agar Samuel tidak nyinyir terus.

Anya menatap dirinya di pantulan cermin. Rambutnya ia ikat jadi satu, ia tidak suka dandan berlebihan. Terkesan sedikit tomboy.

"Apa gue urai aja rambutnya?" gumam Anya. Ia berpikir sejenak, menghela napas lalu melepaskan ikat rambutnya. Ia merapikan rambutnya, mengurai nya dengan rapi.

"Biar apa sih? Segini nya banget." Anya memutar bola matanya malas, ia memilih segera keluar mobil. Anya segera berjalan menyusuri koridor sekolah, banyak pasang mata menatapnya.

Anya tak peduli, ia segera masuk kelas. Kelasnya tampak ramai, sudah pasti saling mencontek. Anya meletakkan tasnya di atas mejanya.

"Pr apa sih?" tanya Anya pada seisi kelas. Semua orang langsung mengarah padanya. Menatapnya heran.

"Anya, kemana ikat rambut lo? Parah sih makin cantik digerai gini rambut lo," ucap Kanaya sembari menghampiri Anya.

"Gue aja yang cewek, terpesona sama lo. Apalagi yang cowok," imbuh Sabrina. Anya hanya diam saja, tidak terlalu peduli. Anya yang selalu mengikat rambutnya tiba-tiba berganti fashion.

"Dah sini pr mana? Apaan?" tanya Anya mengalihkan topik. Ia melirik Sandra, gadis itu menatapnya dengan sinis. Anya paham, ia mencoba tak peduli.

"Matematika. Susah parah, Nya. Seisi kelas belum ada yang full selesai." Anya menghela napas panjang, apalagi matematika ada di jam pertama.

PANDEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang