°17. Donat°

1.6K 119 6
                                        

VOTE KOMEN EUYY--!!

•••🍁•••

Samuel menghentikan mesin mobilnya, di depan rumah megah Anya. Melirik ke samping, Anya sibuk menghabiskan donatnya. Tiba-tiba saja gadis itu menyodorkan sisa donatnya pada Samuel.

"Lo makan aja," tolak Samuel.

"Kenyang ih." Samuel pasrah, toh gadis itu sudah menghabiskan setengah lusin donat. Bagaimana tidak kenyang?

Samuel merampas donat di tangan Anya, melahapnya dengan sekali. Membuat nya kesulitan saat mengunyah.

"Astaga, Dega. Pelan-pelan, dikit-dikit gitu. Kayak gak pernah makan aja," cibir Anya.

Samuel menelan donatnya terlebih dulu, mengambil botol minum dan meneguknya.

"Gue bukan orang yang makan dikit-dikit karena takut habis." Anya menye-menye menirunkan ucapan Samuel. Tapi itu relate sih.

Anya turun dari mobil. Tapi Samuel juga ikut turun. Membuat Anya mengernyitkan keningnya heran.

"Mau apa lo?" tanya Anya mendekati Samuel.

"Maling rumah sultan," jawab Samuel asal.

"Cih, jatuh miskin." Anya menekan sandi pin gerbangnya. Otomatis gerbang nya terbuka sendiri. Ia berjalan masuk, tetap saja Samuel mengikuti.

"Pulang sana ih," usir Anya tetap melanjutkan jalannya menuju teras rumah. Samuel tidak mempedulikan, ia tetap berjalan mengikuti Anya.

"Dah? Mau apa lagi?" tanya Anya setelah sampai di depan terasnya. Samuel melepaskan tudung hoodie nya.

"Gue bawa lo pulang larut."

"Ya terus?" Samuel tidak menggubris Anya, ia menekan bel di pintu Anya. Tak lama, seseorang membukanya. Tepat sekali itu daddy nya Anya.

Dengan sopan, Samuel menyalimi tangan daddy nya Anya. Pak Andrew tersenyum lebar.

"Malam, Om. Maaf mengganggu waktunya." Pak Andrew hanya tersenyum saja.

"Maaf juga, om. Bawa pulang putri, om agak kemalaman. Lain kali, saya izin dan nggak kemalaman lagi."

Anya hanya mampu diam melihat sikap Samuel. Sedangkan Pak Andrew hanya terus tersenyum. Menepuk pundak Samuel, semakin melebarkan senyumnya.

"Pulang sana, udah malam juga. Kamu juga harus istirahat. Bukan bermaksud mengusir loh." Pak Andrew tertawa kecil membuat Samuel ikut terkekeh.

"Baik, om."

"First time putri saya bawa temen cowok." Samuel hanya manggut-manggut saja. "Eh enggak deng."

Samuel mengernyit heran.

"Kan Gavin juga sering main sini dulu. Ya kan, Nya?" Anya mengangguk sekenanya. Air muka Samuel berubah, tersenyum keki.

Ternyata ia sudah kalah langkah dengan Gavin. Tunggu, Samuel tidak harus mempedulikan hal itu. Tidak penting jika kata Samuel.

"Sana pulang ih," usir Anya. Sudah lelah dan ingin segera istirahat.

"Anya," peringat Pak Andrew. Anya hanya nyengir saja.

"Dad, biarin aja dia mah. Jangan dikasih hati." Samuel mencoba tersenyum pada gadis di depannya ini. Pak Andrew terkekeh sembari mencubit gemas pipi Anya yang menggembung.

"Ya kali daddy yang kasih hati. Kamu kalik," goda Pak Andrew membuat putrinya semakin cemberut. Pak Andrew semakin gemas, mencubit-cubit pipi putrinya.

PANDEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang