°19. Pemakaman.°

1.3K 96 5
                                    

VOTE KOMENNYA BUNNDD

•••🍁•••

Gavin membenarkan bajunya yang keluar, setelahnya kembali berjalan dengan santai. Menyusuri jalanan di tangga 2. Awalnya biasa saja, sampai ia bertemu dengan Samuel.

Langkahnya langsung terhenti, bertatap mata sengit. Samuel juga menatap datar namun sorot matanya tajam. Cowok dengan setelan baju olahraga yang sudah basah karena keringat.

"Penghalang, minggir." Samuel tersenyum miring, memainkan bola basket di tangannya. Pandangannya tidak lepas dari Gavin.

"Punya nyali lo?" sinis Samuel. Gavin memasukkan kedua tangannya di depan dada. Tersenyum sinis.

"Nyali gue tinggi," ucap Gavin sombong. Samuel terkekeh sinis. Berjalan perlahan menjauhi Gavin.

"Jangan nyali doang yang di naikin. Resleting celana juga naikin." Gavin melotot, pandangan turun. Sungguh memalukan! Bisa-bisanya ia lupa resleting celananya.

Hancur sudah harga diri Gavin di depan Samuel. Apalagi banyak juga pasang mata menatapnya. Lebih baik segera menghilang dari sana.

Sedangkan Samuel, cowok itu tersenyum puas. Tidak sadar saja, jika senyumnya membuat orang-orang di sekitarnya terpana.

"Jangan lupa menang." Samuel melirik, mendengar suara yang familiar baginya. Benar itu Anya yang sedang bersama Sandra. Tertawa bersama.

Samuel melirik bola di tangannya, memainkannya dan melemparkannya tepat sasaran. Mengenai lengan Anya. Gadis itu langsung mengedarkan pandangannya.

"Ayaamm lo! Sini keluar yang lemparr!" pekik Anya sembari mengusap-usap lengannya.

"Iseng banget sih," gumam Sandra sembari menenangkan Anya.

"Emang dasar ya nggak punya nyali. Asli tuh orang minta di cekek lehernya!" Anya semakin menggebu-gebu.

Tiba-tiba saja kepalanya digoyang-goyang seseorang, bertambah lah kekesalannya. Anya sudah dapat menebak siapa orang itu.

"Dega ihh, sakit tau." Anya menepis tangan Samuel, kembali duduk di bangku yang tersedia. Samuel mengambil bolanya, memainkannya kembali tanpa mempedulikan kemarahan Anya.

"Duh kan, mending gue ngepet aja. Jadi babi nggak papa lah daripada jadi nyamuk." Sandra tersenyum mengejek ke Anya, lalu gadis itu segera berlari pergi meninggalkan keduanya.

"Tadi lo ngobrol apa sama Gavin?" tanya Anya, meredam emosinya sembari merapikan rambutnya.

"Urusan cowok." Anya mendesis kesal.

"Emang lo cowok?" tanya Anya, sengaja. Samuel menatapnya sejenak, lalu kembali buang muka.

"Gue sih straight. Gatau kalau cowok itu." Anya menggeplak lengan Samuel, geleng-geleng kepala sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gavin itu juga straight. Dia suka cewek, bukan cowok. Ya kali dia homo."

"Kali aja."

"Biar apa sih coba?" Samuel menoleh, melemparkan bola nya ke Anya. Anya langsung sigap menangkapnya. Samuel menggoyang-goyangkan kepala Anya lagi.

"Biar dia nggak suka sama lo," jawab Samuel kembali merebut bolanya. Lalu berdiri dan berjalan sembari memainkan bolanta, meninggalkan Anya.

Anya geleng-geleng lirih, tidak habis pikir dengan ucapan Samuel. "Ya kali Gavin suka sama sesama jenis. Ngawur!"

•••🍁•••

Anya menatap dirinya di pantulan cermin mobil, ia sekarang ada janjian untuk belajar dengan Samuel. Tapi dirinya sangat penasaran dengan surat teka-teki itu.

PANDEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang