°40. Fitnah?.°

1K 83 4
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

•••🍁•••

Samuel menghentikan motornya tepat di depan basecamp geng Arthur, segera turun dan melepas helm nya. Napasnya menggebu-gebu, seolah-olah emosinya sudah memburu. Ada sesuatu yang ingin segera ia selesaikan.

Samuel melirik Gisell, mengode nya untuk mengikutinya, kakinya mulai berjalan menuju pintu base camp. Dengan sekali tendangan ia berhasil membuka pintu tersebut.

Anak-anak Arthur yang tengah tertawa dan berkumpul langsung berdiri kaget. Menatap Samuel di depan pintu, mulai berjalan mendekati mereka. Samuel mendekat Rajendra, tatapannya semakin dingin.

"Bahkan lo cari ribut," ucap Rajendra selangkah lebih maju dari Samuel. Keduanya saling adu tatap dengan tajam. Emosi keduanya selalu tersulut saat bertemu.

Samuel menatap mata itu dengan tajam, setelah menemukan bukti itu ia benar-benar semakin emosi. Fitnah itu, akan segera ia patahkan.

"Lo mau tahu penyebab temen lo mati?" tanya Samuel pada Rajendra, Rajendra mengerutkan keningnya. Berpikir sejenak, merasa Samuel sudah tahu sesuatu.

Rajendra menaikkan satu alisnya, ia tahu Samuel sudah mendapatkan jawabannya. Samuel memutar bola matanya, menatap satu orang dengan tajam.

"Orang itu tahu jawabannya," ucap Samuel dengan mata terus menatap Fathur, salah satu anggota Arthur. Rajendra mengikuti arah mata Samuel, ia semakin bingung kenapa Samuel menunjuk Fathur dengan tatapannya?

Fathur membulatkan matanya, apalagi ia menjadi sorotan seisi basecamp. Mempertanyakan apa maksud Samuel. Fathur masih saja diam. Samuel mendekati Fathur, mengeluarkan ponsel Reza. Mengangkatnya di depan anggota Arthur.

"Lo jawab sendiri atau ponsel ini yang jawab?" tanya Samuel pada Fathur. Fathur terlihat gelagapan, ia mendorong dada Samuel. Dengan sigap Gisell menahan punggung Samuel agar tidak jatuh.

"Wah, parah sih, datang-datang cari ribut, fitnah gue lagi," ucap Fathur songong. Samuel tersenyum miring, menurunkan tangannya.

"Lo ngomongin diri sendiri?" sindir Samuel, Fathur terlihat semakin tersulut emosinya. Menunjuk Samuel dengan jarinya, tapi ditepis pelan oleh Samuel. Fathur menggeram, mengalihkan tatapannya pada Rajendra.

"Jen, renggut aja nyawanya." Fathur mengatakan nya, emosinya sudah memuncak, terlihat jelas wajahnya emosi. Rajendra masih bingung dengan apa yang dimaksud Samuel.

Rajendra tidak menanggapi Fathur. Rajendra menatap Samuel, meminta penjelasan. Samuel terkekeh pelan, memberikan ponsel Reza pada Rajendra.

"Silakan buka roomchat nya. Lihat chat terakhirnya," ucap Samuel mempersilahkan. Rajendra menatap Samuel dan Fathur berganti, Fathur masih diam dengan emosinya.

Rajendra segera membuka ponsel tersebut, menuruti apa kata Samuel. Membaca pesan tersebut, lalu menatap Fathur yang masih kebingungan.

"Apa? Apa yang lo baca?" tanya Fathur, tangannya sedikit gemetar. Mulai terlihat panik. Rajendra tidak menjawab, mengalihkan pandangannya pada Samuel.

"Sebelum Reza mati, kalian sempat ketemu kan?" tanya Samuel dengan senyum miringnya. Fathur semakin jelas terlihat panik, gelapan sekali. Pertanyaan Samuel itu membuat yang lainnya kebingungan.

"Halah, udah deh. Lo--" Samuel menaruh jarinya di mulut, menandakan agar Fathur diam. Samuel mengambil ponsel Reza, memperlihatkan isi chat tersebut.

"Hari itu, lo janjian ketemu sama Reza di chat. Beberapa menit setelah gue berantem sama Reza. Itu artinya, pertengkaran gue sama Reza nggak separah itu. Dia masih bisa ketemu lo kan?"

PANDEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang