°3. Dia Sederhana°

2.2K 142 13
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

•••

Samuel melangkahkan kakinya keluar kelas, sejak ia meminta Anya ke aula tadi, kelasnya jadi ricuh. Apalagi Rere and the geng yang terus merecoki dirinya, guna menanyakan apa hubungannya dengan gadis itu.

Jujur, Samuel merasa terusik dengan kehadiran gadis itu di dalam hidupnya. Tapi Samuel tidak mau membenci atau menghindar gadis itu. Bukan apa, karena Samuel takut jika nantinya yang awalnya benci menjadi cinta.

Biasa kan seperti itu?

"Bareng."

Samuel menuju kantin utama, menghampiri teman-temannya. Kantin utama itu dipenuhi geng Dark Lion, Samuel segera menaiki motor Kenzo. Membonceng lelaki itu.

Satu-persatu motor geng Dark Lion mulai berjalan, di depan barisan motor ada Randy. Tapi, tiba-tiba mereka semua menghentikan motornya tepat di depan gerbang sekolah. Karena ada seorang gadis yang menghadang jalan mereka.

"Woy! Siapa lo berani banget ngehalangi jalan gue?!" pekik Randy sembari melepas kan helmnya.

"Pandega! Lo harus tanggung jawab!"

Semua mata langsung mengarah pada Samuel, hanya cowok itu yang bernama panjang Pandega. Tapi bukan itu yang mereka fokuskan, tapi kalimat gadis itu.

Bertanggung jawab? Ah! Tentu pikiran para lelaki itu sudah kotor. Biasa.

"Anjim lo Sam! Diam-diam menghanyutkan!" pekik Kenzo seraya turun dari motor, diikuti oleh Samuel.

"Abwangg! Kapan kamu melakukan itu? Tega kamu bwangg! Hikssroott!!"

Samuel langsung menjitak kepala Randy, ketua geng Dark Lion itu sudah seperti jamet. Rasanya tidak pantas menjadi ketua geng. Tapi bagaimana lagi? Randy paling jago bela diri.

Samuel menatap tajam kearah Anya. Area ini bukan area Anya, banyak cowok. Samuel segera menarik belakang tas Anya. Membuat gadis itu berjalan mundur.

"Pandega lepas!"

Anya menepis tangan Samuel. Sedangkan Samuel melipat kedua tangannya di depan dada. Mengamati manik mata coklat milik gadis itu.

"Apa?" tanya Samuel to the point.

"Lo pikir gue akan biarin lo pulang gitu aja? Setelah lo habisin bensin gue?"

Samuel berdecak kesal, gadis ini menganggunya hanya untuk hal yang sia-sia. Membuang-buang waktu saja.

"Uang?" tebak Samuel, tapi gadis itu menggeleng.

"Gue nggak semiskin itu," kata Anya menirukan kata Samuel tadi. "Lo, harus bantu gue dorong."

"Taxi."

"Hp gue hilang bego! Gara-gara tabrakan tadi."

Samuel menatap sinis pada Anya, gadis itu sudah menggangu waktu belajarnya. Seharusnya sekarang ia pulang dan belajar, atau tidak ke basecamp dan belajar.

"Naik."

Titah Samuel tidak terbantahkan. Anya lalu naik ke atas motornya, tanpa banyak kata Samuel mendorong motor itu. Hampir seisi sekolah mengamati interaksi 2 orang itu.

Masih menjadi pertanyaan akan hubungan Anya dan Samuel. Karena ini adalah kali pertamanya Samuel dekat dengan cewek. Biasa saja menatap cewek terasa malas untuk Samuel.

•••

"Ah! Capek!"

Anya mengelap keringatnya, padahal ia hanya duduk di atas motor dan Samuel yang mendorong. Tapi ia tetap saja capek. Atau lebih tepatnya, kepanasan.

PANDEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang