°9. Samuel Yang Menenangkan°

1.8K 131 9
                                    

SELAMAT BACA DAN VOTE

•••

Anya memasuki kamarnya yang begitu luas, ia membanting tas dan tubuhnya di kasur king size miliknya. Anya merenung sejenak, ada rasa yang mengganjal. Meraih ponselnya, mengotak-atiknya.

"085678," gumam Anya mengingat nomor telepon Samuel tadi. Beruntung ingatannya kuat, ia bisa langsung menghapalnya. Anya tersenyum senang, ia bisa mendapatkan nomor WhatsApp Samuel.

Anya berpikir sejenak, ragu-ragu untuk mengchat cowok itu duluan. Tapi, Anya juga khawatir dengan luka Samuel. Apalagi cowok itu sudah perhatian dengannya.

From: Anya
To: Samuel
Gue Anya, jangan lupa obati luka lo.
Istirahat ya.

Anya membacanya sekali lagi, setelah dirasa cukup, ia segera mengirimnya. Anya cepat-cepat menutup ponselnya. Sedikit deg-degan dengan jawaban Samuel.

•••

Samuel menutup kotak P3K nya, pelipisnya sudah ia plester. Kedatangan Ari menyita perhatian Samuel. Cowok itu menanti Ari untuk mendapatkan kejelasan.

"Aman, Tuan Putri sampai di rumah," ucap Ari membuat Samuel lega. Samuel hanya mengangguk sekenanya, lalu kembali meminum botol mineralnya. Ari duduk di samping Samuel, menepuk pundak cowok itu.

"Katanya suruh obatin luka lo sama istirahat," ucap Ari menyampaikan amanah dari Anya. Samuel diam sejenak, lalu hanya mengangguk sekenanya.

"Duh, sekarang udah ada yang perhatian," ledek Randy, setelah ini ia pasti akan menceritakan pada istrinya itu. Sorakan mengejek Samuel kembali terdengar, lama-lama Samuel muak.

Samuel memilih memainkan hp nya, tapi notif dari  WhatsApp membuat ia tertarik. Samuel segera membuka pesan dari nomor yang tidak ia kenal. Dari Anya, ia hanya membacanya saja tanpa mau membalas sama sekali.

Sayangnya, bibirnya tertarik ke atas membuat sebuah lengkungan senyum. Samuel geleng-geleng kepala, ia segera berdiri dan meraih kuncinya.

"Gue pulang," pamitnya. Menurut apa kata Anya, istirahat.

•••

Anya menopang dagu sebal, ia sudah menanti balasan dari Samuel sejak semalam. Hasilnya tidak ada. Bahkan sampai jam istirahat pun, cowok itu tidak merespon.

Anya merasa menyesal sekarang, ia mungkin sudah terlalu ge'er dengan cowok itu. Chat nya saja tidak dibalas. Mungkin saja nomornya juga tidak di simpan.

"Ih!" kesal Anya, ia menepis pikirannya itu. Memilih fokus dengan soal-soal di depannya. Untungnya soal bahasa Indonesia, yang setidaknya ia masih bisa cerna.

Di saat Anya fokus, tiba-tiba saja seseorang datang   dan duduk di sampingnya. Anya menatap Samuel dengan terkejut.

"Lo ngapain?"

"Ngerjain tugas," jawab Samuel tanpa menoleh. Ia sibuk dengan bukunya.

"Ya kenapa di sini?"

"Kelas gue ricuh," jawab Samuel jujur. Anya menghela napas panjang, keadaan kelasnya sangat sepi. Sekarang hanya ada dirinya dan Samuel.

Anya merasa canggung sekali, bahkan dirinya tidak bisa sefokus Samuel dalam mengerjakan soal. Anya berdecak kesal.

"Lo ngapain sih, Dega?" Kali ini Samuel menoleh, menatap Anya yang terlihat kesal. Samuel mencoba mencari jawaban lain.

"Kenapa? Sensi?" Anya memutar bola matanya malas. Ia paling tidak bisa memendam sesuatu yang ia pikirkan. Anya merasa kurang lega.

"Chat gue, lo anggurin?" tanya Anya berani, daripada itu menjadi beban pikirannya. Lebih baik Anya utarakan. Menoleh ke Samuel, masih diam dan tenang.

PANDEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang