°32. Tidak ada waktu.°

919 65 9
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

•••🍁•••

Terkadang seseorang lupa untuk makan, disaat-saat orang tersebut sedang banyak pikiran. Meski nafsu makan tidak ada, sesekali harusnya dipaksakan untuk makan. Jangan sampai tubuh sakit apalagi sedang ada masalah.

Samuel pun melakukan hal itu, ikut makan bersama Gisell. Awalnya ia tidak peduli makan atau tidak, tapi mendengar Gisell lapar, Samuel tidak tega dan akhirnya ikut makan.

Samuel menghela napas, ia sedikit merasa tidak enak pada Anya. Anya sudah mencarinya sejak pagi, dan ia diajak makan bersama. Tapi Samuel terlanjur sudah makan dan menolak. Apa itu tindakan yang benar?

"Woy." Perhatian Samuel teralih oleh suara Randy. Ia dengan gesit langsung menangkap botol soda yang Randy lemparkan. Randy ikut duduk di samping Samuel.

"Kenapa lo?" tanya Randy, melempar botol sodanya yang telah habis ke tong sampah. Samuel menggeleng pelan, meminum sejenak soda nya. Randy menatapnya sambil menunggu, tahu jika Samuel sedang memikirkan sesuatu.

"Anya ajak makan siang, gue terlanjur udah makan." Samuel mulai bercerita, situasinya tepat, mereka berdua sedikit jauh dari anak-anak basecamp.

"Lo tolak?" tanya Randy, seperti sudah tahu jawabannya tapi tetap bertanya. Dan anggukan Samuel semakin meyakinkan.

"Setidaknya temenin dia makan. Sebenernya dia bukan mau makan, tapi ketemu lo." Randy menepuk-nepuk pundak Samuel, sedikit tersenyum. Samuel hanya terdiam saja, ia semakin merasa tidak enak.

Sebenarnya Samuel juga ingin sekali bertemu Anya, berbincang dan berduaan. Tapi beban di kepala Samuel terasa membuat ia sibuk.

"Telpon gih." Randy memberikan saran, gitu-gitu ia berpengalaman dalam dunia percintaan. Samuel menurut, mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Anya. Via video call.

Beberapa detik ia menunggu, panggilan pertama tidak terjawab. Samuel mencobanya terus, nyatanya ponsel Anya tidak bisa dihubungi. Samuel hanya bisa menghela napas saja.

"Ya udah, antar cewek itu pulang. Lo bisa ketemu Anya, meski bentar doang," ucap Randy lagi.

"Kenapa bentar?" tanya Samuel yang tidak mau hanya sebentar. Randy tertawa kecil, menepuk-nepuk terus pundak Samuel.

"Rajendra udah telpon-telpon gue dari tadi, kita ke sana. Tanpa cewek itu, kasihan capek dia," lanjut Randy membuat Samuel mengangguk-anggukkan kepalanya. Paham.

"Lagian, kesaksian cewek itu kurang kuat. Sia-sia dia jelasin ke mereka," imbuh Randy lagi.

Samuel turun dari tempat duduknya, berjalan menghampiri Gisell yang tengah ngobrol dengan yang lainnya. Samuel mengambil jaket dan kunci motornya.

"Ayo pulang," ajak Samuel pada Gisell yang menatapnya. Gisell langsung mengangguk, ia tidak membantah lagi. Nyatanya ia juga lelah. Gisell melambaikan tangannya pada yang lainnya, berpamitan.

•••🍁•••

Terik matahari sudah tidak semenyengat tadi, matahari sudah mulai meredup. Menandakan sore juga akan tiba. Di tengah jalan, Samuel mengendari motornya membonceng Gisell. Mengantar Gisell pulang.

Samuel berusaha cepat sampai rumah, ia bisa bertemu Anya sedikit lama. Setidaknya melihat wajahnya, atau memeluknya. Menghilangkan beban-beban pikirannya. Sebelum ia kembali berpusing-pusing dengan masalahnya.

"Kak, boleh mampir nggak?" tanya Gisell sedikit berteriak, karena Samuel sangat ngebut membuat suara motornya sangat bising.

"Mau apa?" tanya Samuel mulai memelankan motornya.

PANDEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang