SELAMAT MEMBACA^^
•••🍁•••
Bukan kah hidup juga perlu semangat? Mengawali hari juga perlu semangat? Begitulah yang dilakukan Anya, mengawali paginya dengan semangat dan senyum merekah. Bersemangat untuk sekolah.
Meski dipikirannya masih ada beberapa beban. Ia tetap mencoba semangat menjalani harinya. Ia juga harus semangat kan untuk menyemangati Samuel yang sedang ada masalah.
Anya turun dari mobilnya, menutup pintunya lalu merapikan seragam sekolahnya. Matanya melirik kantin di mana biasanya Samuel nongkrong bersama teman-temannya. Tapi, pagi ini Anya tidak melihatnya.
Anya mengalihkan pandangannya, mungkin Samuel belum datang, pikirnya. Anya memulai jalannya, menuju kelasnya. Anya benar-benar berniat fokus untuk ujiannya yang akan segera datang. Anya ingin lulus dengan peringkat 1.
"Buat lo, Dega. Gue bakalan banggain lo," gumam Anya ditengah-tengah jalannya. Semangatnya, perjuangannya, dan hasilnya nanti, semuanya karena Samuel.
Samuel, cowok yang sudah membantunya banyak selama ini. Setidaknya ini bisa membalas semua bantuan dari Samuel. Ini semua untuk Samuel dan diri Anya sendiri.
•••🍁•••
Jam pelajaran sudah berlalu, istirahat pun sudah dilalui. Namun, sampai sekolah akan berakhir pun Anya belum mendapat kabar dari Samuel. Ia bahkan tidak melihat cowok itu di kelasnya. Cowok itu tidak berangkat sekolah.
Anya sudah menanyakan nya pada Rere, dan benar cowok itu tidak ada di kelasnya. Anya sekarang tidak bisa fokus pada pelajaran, ia semakin cemas memikirkan keberadaan Samuel. Apalagi dihubungi ponsel cowok itu tidak bisa.
"Ck, suka banget ilang-ilangan," gumam Anya pelan. Sandra yang di samping Anya sedikit mendengarnya, Sandra menoleh pada Anya. Menyenggol lengan Anya.
Anya yang semula terus menunduk lalu mendongak. Anya menatap Sandra yang menyenggolnya. Sandra sedikit mendekat untuk berbisik.
"Hp terus, nungguin apa sih?" tanya Sandra yang sadar sejak tadi Anya memperhatikan handphone nya. Anya hanya menggeleng pelan, lalu mematikan ponselnya.
Anya mengalihkan pandangannya, tapi tak lama ia menatap Sandra lagi. Tatapan penuh tanya, membuat Sandra yang sekarang kebingungan ditatap seperti itu oleh Anya. Seperti tatapan mengintimidasi.
"San, lo ketemu Gavin bahas apa sih? Cerita ayo," bujuk Anya yang sungguh penasaran. Ia juga tidak mau berburuk sangka dengan Sandra. Ia hanya ingin tahu kejelasannya. Ia sangat penasaran.
Anya takut Sandra juga terlibat dengan teror dari Gavin dulu. Yang lebih Anya takutkan, Sandra dan Gavin terlibat dalam teror chat itu. Jadi lebih baik, Anya mencari tahu kebenarannya dulu.
"Lo aja jadian sama Samuel nggak ada tuh cerita," jawab Sandra kembali fokus pada pelajaran, mengacuhkan Anya. Hal itu membuat Anya berdecak kesal, Anya menarik lengan Sandra agar menatapnya lagi.
"Iya, sorry. Sekarang cerita, lo kepenjara ngapain temuin Gavin? Lo ada rencana sama dia ya?" tanya Anya hati-hati, sedikit ragu. Meski begitu, Sandra memberikan tatapan bingung dengan kedua alis yang bertaut. Tidak paham maksud 'rencana' yang Anya katakan.
"Rencana nikah gitu?" tanya Sandra balik, dengan tawa kecil. Tidak serius, padahal Anya sekarang sedenga serius-serius nya. Anya menabok lengan Sandra dengan kesal.
Anya memalingkan wajahnya, ia sudah kesal dengan Sandra yang tidak bisa serius. Bahkan tidak mau cerita. Semakin membuat Anya pusing. Belum lagi tentang Samuel.
Anya menghela napas, ia menaruh kepalanya di atas meja sembari memejamkan matanya. Merendam masalah-masalahnya sejenak. Berharap ketenangan sesaat untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDEGA
Teen Fiction"Pandega! Gue suka nama itu!" pekik Anya dengan senang. Samuel tersenyum miring, mendekat ke Anya. "Nama doang?" goda Samuel. "Mau lebih lo?" Samuel kembali tersenyum miring, semakin mendekatkan wajahnya. "Boleh?" ••• Samuel Pandega. Si dingin de...