Bab 13

923 68 0
                                    

"Luar biasa. Kau semakin berani saja." Tidak bergerak dari tempatnya, Widyanatha lebih mirip patung setelah menerima ciuman bibir Adwithya. "Dalam sehari kau sudah melakukannya dua kali. Bahkan kali ini kau lakukan di keramaian. Adwi, kurasa otakmu itu benar-benar gila."

Santai, Adwithya menggandeng Widyanatha melewati model-model yang sudah siap dengan gaun dan riasan mereka. "Ya, gila karena cinta. Apa itu masalah?"

"Jangan mengacaukan perasaanku." Melepaskan genggaman Adwithya dan berjalan sendiri mengandalkan tongkatnya. Namun sayang, karena tidak terbiasa dan banyaknya manusia membuat pria itu terus saja menabrak orang-orang.

"Hei, apa kau buta?" Seorang gadis asal Rusia yang merupakan salah satu model peragaan busana memarahi Widyanatha karena menginjak gaunnya. Melihat pria itu berjongkok meraba-raba lantai mencari tongkat yang terpelanting dua kaki dari tempat mereka berdiri, ia tersenyum mencemooh. "Benar-benar buta ternyata."

Menatap beberapa petugas keamanan yang berjaga di sekitar panggung, gadis itu bersedekap dada, marah. "Hei! Siapa yang membiarkan pria buta ini masuk ke sini?"

"Maaf saya tidak sengaja." Setelah mendapatkan tongkatnya, Widyanatha bangkit berdiri dan sedikit membungkuk untuk menyatakan rasa bersalahnya. "Mohon Nona menerima permintaan maaf saya."

"Dasar buta!"

"Saya sudah minta maaf, kenapa Nona mencela saya?" Tidak terima, Widyanatha sedikit meninggikan suara. Namun ia sebisa mungkin untuk bersikap tenang, karena ini adalah acara besar untuk Kina.

"Kau memang b-u-t-a, bukan?" Senyum gadis itu terkembang setelah mengeja empat huruf itu dengan penuh penekanan dan ejekan. "Dasar cacat, tidak berguna."

Plak! Bukan hanya satu tamparan, tangan halus Adwithya melepaskan empat sampai lima kali pukulan dalam satu tarikan napas. Menjerit, gadis di depannya tersungkur dengan kedua tangan memegang wajah yang merah dan sudut bibir yang berdarah. Belum puas, istri dari Widyanatha itu semakin ganas dengan menjambak rambut model wanita Rusia yang berani menghina suaminya.

"Katakan lagi dia buta dan akan kubuat dua matamu itu tidak bisa lagi melihat dunia." Ancaman yang tidak main-main karena Adwithya sudah bersiap dengan garpu di tangan kirinya yang mengarah pada mata si gadis.

Widyanatha mendengarkan keributan dengan saksama. Hatinya sedikit berdesir ketika sang istri datang membela. Anggaplah ia sudah terkena virus gila, karena mendadak dan tanpa sadar bibirnya terkembang membayangkan betapa manis dan berwibawanya Adwithya.

Memegang tangan Adwithya yang masih menarik rambutnya, gadis itu menangis dan berkata, "Lepaskan aku! Kau tidak tahu siapa aku dan apa yang bisa aku lakukan padamu."

"Oh, ya?" Adwithya mengangguk-angguk dan menggunakan garpu di tangannya mengangkat dagu gadis bergaun pengantin biru muda tanpa lengan itu. "Bahkan jika kau adalah ratu negeri ini, aku tidak peduli!"

"Aku adalah Pya, model papan atas AR Fashion. Di sini, bahkan pimpinan butik tidak berani menyentuhku. Sementara kau, kau hanya model pengganti saja. Berani sekali kau kurang ajar." Meski bersimbah air mata, gadis itu masih dengan jemawa menatap lawannya.

Bukan hanya para model, bahkan desainer dan pengunjung peragaan busana juga turut berbondong-bondong mengitari dua orang wanita yang saling adu mulut dan fisik itu. Riuh rendah suara bisikan mengiringi jalannya pertengkaran, tentang siapa yang akan keluar menjadi pemenang.

"Kak Adwi, Kak Widyanatha."

"Nyonya, Tuan."

Sekretaris Li dan Kina yang sejak tadi di ruang make-up dan tidak mengetahui duduk perkara dengan cepat memisahkan keduanya. Mereka meneguk saliva kala melihat Pya babak belur dari ujung kaki hingga kepala. Berbalik memandang Adwithya, mereka mengembuskan napas lega karena wanita itu baik-baik saja tanpa luka sedikitpun.

Nestapa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang