"Apapun kehidupannya, makan adalah jalan ninjanya. True?"
Surya memandang gerbang yang ada di depannya ini dengan tatapan kesal sekaligus pasrah. Melihat ke kanan dan kiri untuk mengetahui situasi saat ini kalau sudah aman.
Iya si Surya telat, makanya dia lewat pintu gerbang belakang alias tembok yang super besar. Surya berjinjit sedikit untuk melihat keadaan di seberang gerbang.
Bisa bahaya kalau ada pak Santoso jika tau dirinya telat. Udah telat, gak mandi, baju acak kadul, kurang apa coba si Surya?
Sungguh babu idaman si akang Surya.
Tadi niatnya dia mau bolos aja dan pergi ke warung mang Koko. Tapi di lihat warung mang Koko yang sepi gak ada penghuninya sama sekali, yaudah Surya memutuskan untuk kembali ke sekolah.
Di lemparkannya tas punggung Surya ke seberang dan sedikit menarik celana sekolahnya untuk mempermudah ia memanjat tembok di depannya.
"Anying, si Restu! Kalau di ajak bolos kagak mau jadi gini kan nasib gue," gerutu Surya kesal dengan Restu.
Pasalnya anak itu di ajak bolos tidak mau. Katanya dia sayang sama nyawa pak Santoso makanya dia gak bolos. Kalau dia bolos kan pasti entar umur pak Santoso gak akan lama. Astaghfirullah kamu Restu berdosa.
"Kalau nasibnya kayak gini mah, mending gue gak sekolah sekalian aja, anying!"
Sambil menggrutu Surya menaiki tembok sekolahnya yang menjulang tinggi di depannya ini. Meloncat ke bawah dan sedikit menepuk tangannya yang terdapat debu. "Beres, tinggal masuk kelas ikut pelajaran deh!"
Surya mengambil tasnya yang sempat ia lempar tadi. Berbalik menatap ke arah depan yang membuat badannya seketika kaku.
Anying ini mah, batin Surya gusar.
"Bagus! Jam berapa ini, Surya?" Tanya pak Santoso yang sudah berdiri di depannya seraya berkacak pinggang.
Laki-laki muda itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, setelah itu tersenyum menatap ke arah pak Santoso yang saat ini menatapnya garang.
"Jam delapan kurang sepuluh pak, hehehehe."
"Lalu? Sekolah mulai jam berapa?"
"Jam tujuh, pak!"
"Jadi kamu telat berapa jam Surya?"
Cowok itu nampak berpikir, menghitung dengan ke sepuluh jarinya dan setelah itu menjawab dengan cengengesan.
"Cuman telat 40 menit, pak!"
"40 menit kamu bilang cuman?"
"Iya, pak, hehehe."
"Bagus, sekara-"
Ucapan pak Santoso terpotong oleh suara yang sangat familiar di gendang telinga Surya. Cepat-cepat Surya melihat ke arah sumber suara tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Boyfriend (ON GOING)
Romance[Genre : romance, komedi] Ini hanyalah kisah seperti umumnya dimana seorang laki-laki yang beruntung bertemu dan memiliki perempuan secantik pacarnya. Ketika mereka di permukaan untuk melengkapi bukan mem-bebani. Selain itu kalian juga akan di hibur...