"Dirinya adalah analogi paling tepat dari sebuah kata sempurna. Sempurna untuk bahagia, sempurna untuk dimiliki dan sempurna untuk bersama."
Azkia di mintai tolong oleh salah satu guru mapel untuk mengambil buku pelajaran yang berada di perpustakaan.
Dan sialnya dia sendiri yang harus mengambilnya, teman-teman sekelasnya tidak ada niat untuk membantu. Apalagi Elvina, dia sekelas dengannya tapi tidak mau membantu. Sial memang!
Azkia berjalan menghampiri penjaga perpustakaan, mencatat buku yang akan ia pinjam untuk kelas dan setelah itu pergi mengambilnya.
"Azkia! Bukunya ada di rak paling belakang ya," kata penjaga perpustakaan tersebut. Azkia mengangguk seraya tersenyum, mengucapkan terimakasih setelah itu pergi mengambilnya.
Azkia menyusuri deret demi deret rak hingga sampai ke ujung. Matanya membulat tak percaya ketika ia melihat setumpuk buku tebal yang tertata rapi di sana.
Buku itu yang harus ia bawa? Sendiri? Benarkah itu? Sialan, kenapa juga teman-temannya tidak ada yang mau membantu.
Dengan terpaksa Azkia mengangkat buku setebal itu dengan jumlah buku sama dengan jumlah murid yang berada di kelasnya.
"Terimakasih ya, Bu!" Ucap Azkia begitu ia melewati penjaga perpustakaan.
"Sama-sama. Loh, nak? Kok temen mu gak ada yang bantu?"
Cewek itu berhenti, menolehkan kepalanya dan menjawab pertanyaan penjaga perpustakaan,"hehehehe, gapapa, Bu. Ini Azkia bisa kok."
"Iya udah, hati-hati bawanya ya nak!"
"Iya, Bu, mari!"
Setelah percakapan sebentar itu. Azkia kembali melanjutkan perjalanannya. Dengan susah payah ia membawa setumpuk buku tebal yang berada di tangannya.
Saat berjalan di koridor perpustakaan. Cewek itu melihat seorang laki-laki yang berjalan berlawanan arah atau bisa disebut ke arah dirinya dengan tangan yang ia masukan ke saku celana.
Azkia tersenyum lebar, ia harap laki-laki itu akan membatu dirinya untuk membawa setumpuk buku tebal ini.
Semakin dekat dengan dirinya, jantung Azkia semakin berdetak tidak karuan. Apakah akan terjadi sesuatu seperti di drama-drama yang sering ia tonton? Itulah isi pikirannya saat ini.
Saat sudah dekat Kaffi menggulung lengan pakaian sekolahnya yang memang di desain panjang, dan saat itu pula jantung Azkia semakin bertalu-talu di dalam sana.
"Gue bantu."
"Ah... Iy-iya." Azkia harus menelan pil kecewaan karena Kaffi melewatinya begitu saja. Ia membalikkan badan untuk melihat siapa gerangan yang akan di tolong Kaffi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Boyfriend (ON GOING)
Romance[Genre : romance, komedi] Ini hanyalah kisah seperti umumnya dimana seorang laki-laki yang beruntung bertemu dan memiliki perempuan secantik pacarnya. Ketika mereka di permukaan untuk melengkapi bukan mem-bebani. Selain itu kalian juga akan di hibur...