39. What¿!

142 14 1
                                    

".... Lu boleh ngatain gue bodoh, tapi kalau lu ngatain saudara gue..." Gilang cukup lama menjeda ucapannya. Matanya yang selalu menyipit akibat tertawa kini melebar dengan pupil yang membesar akibat kemarahannya yang di pancing.

Ditariknya lagi kerah baju Kaffi hingga wajah mereka berdekatan dan hanya menyisakan jarak beberapa centimeter.

Gilang menatap tajam ke bola mata Kaffi yang terlihat tenang. Kaffi tak merasa terancam bahkan terusik sedikit pun saat Gilang menatapnya seperti itu.

"Sebenarnya mulut lo terbuat dari apa si, ha?!" Sekali lagi Gilang meneriaki pertanyaan semacam itu di depan muka Kaffi.

"Lang, udah Lang. Kaffi mungkin maksudnya bercanda." Raif berusaha melerai mereka agar tidak terjadi pertengkaran hebat diantara kedua laki-laki itu.

"Lu bilang itu bercanda?!" Gilang berteriak. Melotot kearah Raif yang saat ini gemetaran tak tau harus apa. "Bercanda lu gak lucu bajingan!!!"

Kaffi berdecih. Ia membuang muka ke kanan untuk menghindari tatapan Gilang.

"Seharusnya kalau lu mau bercanda mikir dulu! Jangan asal nyeplos aja, jingan!!!"

"Lang udah Lang! Lepasin Kaffi kasihan itu lehernya kecekik!" Lerai Ehsan yang saat ini sudah memegangi tangan Gilang yang hendak memukul laki-laki di depannya.

Gilang menghiraukan ucapan Ehsan. Cowok itu masih setia mencengkeram erat kerah baju Kaffi. "Dengar ya, Kaff. Lu boleh ngatain gue bodoh, tapi kalau lu ngatain saudara gue setidaknya kata-kata lu harus lebih rendah dari gue."

Semua diam. Terdiam membisu saat mendengar ucapan Gilang yang membingungkan. "Maksud lu apaan lang?" Tanya Ehsan yang memandang bingung kearah laki-laki itu.

"Bego lu! Gitu doang gak tau!" Masih dengan mencengkeram kerah Kaffi, Gilang menatap kearah Elvina yang sama juga menatap kearah dirinya. Setelah itu Gilang beralih menatap teman-teman yang lainnya juga.

"Jadi kalau Kaffi bilang gue bodoh, berarti dia harus bilang si Elvina jauh lebih bodoh dari gue," terangnya yang membuat semua terkejut.

Sedangkan Elvina, gadis itu sudah ingin melempar bekas botol plastik di sampingnya kepada Gilang yang tengah tersenyum tidak bersalah.

"Goblok! Dasar saudara tiri gak punya akhlak!" Maki Elvina sembari melempar botol bekas tepat ke kepala Gilang.

Gilang meringis, saat itu juga ia melepaskan cengkeraman di kerah Kaffi dan mengelus kepalanya yang kena lemparan botol tadi.

"Apasih, El? Main lempar aja! Kepala gue sakit anjir!" Umpat Gilang kesal.

"Lu yang apaan anjir? Lu kira gue segoblok itu apa?" Sungut Elvina tidak terima.

Ehsan yang sudah kepalang kesal dengan Gilang juga ikut-ikutan menggeplak bahu Gilang dengan keras.

"Goblok...," Umpat Ehsan dengan kesal. "Mati kek lu anjing, punya temen gak jelas banget hidupnya!"

Gilang meringis, merasakan nyeri pada bahunya. "Sakit bego! Tangan lu gede mana main geplak bahu gue aja!"

Bukannya meminta maaf atau mengucapkan kata menyesal, Ehsan justru menambahi pukulan lagi di kepala Gilang.

"Aduh! Otak cerdas gue!" Ringis Gilang sembari memegangi kepalanya yang terkena pukul Ehsan. Tidak lupa juga rengekan yang ia buat-buat supaya ada kesan dramatisnya.

Sekali lagi Ehsan menempeleng Gilang pada bagian pantat laki-laki itu. Tidak tanggung-tanggung, laki-laki pecinta makanan itu menggeplaknya dengan tenaga berkekuatan Hulk. Bahkan Gilang sampai terdorong ke depan dan ingin terjatuh.

My Innocent Boyfriend (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang