Saat membeli bubur tadi. Firasat Kaffi mengatakan bahwa ada sesuatu akan terjadi. Apalagi saat tadi dirinya meninggalkan adiknya untuk pergi mengambil uang sebentar.
Dan benar saja. Saat ia kembali, adik perempuannya entah kenapa terus tersenyum seperti orang yang tengah mendapat keberuntungan.
"Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri mas lihatin?" Tanya Kaffi merasa aneh dengan adiknya.
"Gapapa, mas." Kaffi menjadi curiga.
"Iyaudah, mas bayar dulu buburnya kamu tunggu di sini." Saat hendak membayar bubur yang mereka beli. Tiba-tiba adiknya menarik kaos yang dikenakan Kaffi. "Gak usah bayar, mas! Tadi udah ada yang bayarin," katanya yang membuat dahi Kaffi mengernyit heran.
"Siapa?" tanya laki-laki itu dengan intonasi suara yang tidak bersahabat.
"Tadi ada laki-laki yang bayarin. Salah sendiri mas Kaffi tadi pergi gak bilang-bilang. Jadinya tadi adek khawatir dan gak tenang. Kan adek gak bawa uang."
Kaffi menghela nafas pelan. Lalu ditatapnya sang adik dengan sorot mata teduh tapi terkesan tajam. "Siapa dia?"
Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya saja. "Besok lagi kalau kamu gak kenal sama orangnya jangan mau dibayarin! Mas takut orang itu bakal berbuat jahat," ucap Kaffi yang terlihat khawatir.
"Iya, mas! Tadi juga cowoknya keliatan baik kok. Makanya adek mau buat dibayarin."
"Udah bilang makasih belum?"
"Udah juga kok. Itumah pertama, mas!"
"Iya udah kalau gitu. Kita pulang!"
Akhirnya mereka berdua pulang kerumah dengan mengendarai motor tua milik Romo mereka.
Diperjalanan Kaffi memikirkan sesuatu yang dari tadi terus mengisi kepalanya. Kaffi takut kejadian waktu dulu akan terulang kembali. Bayang-bayang masa lalu menghantui pikiran Kaffi. Tanpa sadar membuat ia mencengkram stir motor dengan erat.
Kaffi masih menyetir, kenapa bayangan masa lalunya teringat kembali disaat seperti ini?
"Mas! Mas Kaffi!" Panggil adik Kaffi yang tak disahuti oleh sang empu. "MAS!" Panggilnya setengah berteriak.
Kaffi tersentak. Motornya oleng ke kanan membuat mereka hampir terjatuh. Untung Kaffi langsung tersadar. Untung juga reflek Kaffi bagus jadinya mereka tak terjatuh.
"Astaghfirullah," sebut Kaffi.
"Mas Kaffi kenapa si? Kok ngelamun? Ada yang dipikirin?" Tanya sang adik peka dengannya.
Kaffi menggeleng. "Gak ada, dek. Mas cuman mau tanya. Tadi yang bayarin bubur kita orang bener kan?"
Tak ada sahutan dari sang adik dan itu membuat Kaffi tak tenang.
Lama terdiam akhirnya adik Kaffi angkat bicara,"ke-keliatannya si baik ya, mas. Tapi gak tau. Tapi baik kok mas keliatannya. Orang kayaknya umurnya gak jauh dari mas Kaffi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Boyfriend (ON GOING)
Romance[Genre : romance, komedi] Ini hanyalah kisah seperti umumnya dimana seorang laki-laki yang beruntung bertemu dan memiliki perempuan secantik pacarnya. Ketika mereka di permukaan untuk melengkapi bukan mem-bebani. Selain itu kalian juga akan di hibur...