21. can i dream

190 21 0
                                    

Sudah dua hari ini Bian tidak banyak bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua hari ini Bian tidak banyak bicara. Cowok itu yang selalu cerewet dan banyak tingkah dan selama dua hari ini pula keceriaan pria manis itu sirna setelah kejadian dua hari yang lalu saat teman menengah pertama Bian yang tak sengaja bertemu dengan dirinya di taman.

Menghela nafas sejenak, Ratu mengamati penampilannya di depan cermin. Tinggal mengenakan sepatu sekolah, cewek itu sudah siap untuk berangkat mengais ilmu.

Merasa telah sempurna dengan penampilannya, Ratu keluar dari kamarnya yang tak lupa juga mengenakan sepatu sekolahnya dan menyambar tas sekolah yang berada di belakang pintu kamarnya.

Untung dirinya adalah tipe murid yang menjadwal di malam hari. Jadi di pagi harinya ia tak perlu repot-repot lagi untuk mengecek tas sekolahnya.

Menuruni satu persatu undakan tangga demi menuju kemeja makam untuk sarapan.

"Pagi, Bun, pah!" Sapa Ratu ketika dirinya telah tiba di meja makan.

"Pagi!" Jawab Papah Ratu tanpa melihat dirinya. Papahnya terlalu fokus dengan handphone yang tengah beliau mainkan.

"Pagi, anak bunda! Mau sarapan apa sayang?" Tanya bunda Ratu. "Roti aja, bund," jawab Ratu yang di angguki bundanya.

Saat Sekar hendak menyiapkan sarapan untuk Ratu, tiba-tiba saja papah Ratu berdiri dari meja makan hingga membuat Sekar menghentikan pergerakannya untuk menyiapkan sarapan.

"Pah? Mau kemana?" Tanya Ratu begitu melihat papahnya terburu-buru memakan sarapannya.

"Papah ada janji dadakan sama klien," jawab William-papah Ratu.

"Mas, sarapan dulu. Habiskan rotinya! Jangan terlalu terburu-buru," titah bunda Sekar.

"Gak bisa! Aku harus buru-buru, Sekar," tolak William halus.

"Iya udah papah berangkat dulu. Kamu nanti hati-hati di jalan,"lanjut William memberi pesan kepada Ratu.

"Pah! Sekali.... Aja! Luangin waktu papah buat keluarga, bisa?" Pertanyaan Ratu membuat pergerakan William yang tergesa-gesa menjadi berhenti seketika.

Laki-laki paruh baya itu membalikkan badan, menatap anak gadisnya. "Sekali aja pah, Ratu mohon luangin waktu papah buat keluarga."

William masih diam, membiarkan putrinya untuk berbicara. "Dari beribu tumpuk kertas yang papah prioritaskan, Ratu yang notabennya anak papah sendiri gak pernah papah prioritaskan."

"Ratu ingin sekali, pah, bercerita tentang keseharian Ratu kepada papah seperti halnya anak perempuan lain lakukan. Tapi apa? Papah selalu sibuk dengan pekerjaan papah," ucap Ratu tenang tapi tersirat kekecewaan yang begitu dalam.

Menghembuskan nafas kecewa, Ratu menatap ke papahnya seraya menggigit roti tanpa selai yang ia ambil di depannya.

"Ratu cuman pesen buat papah. Jangan jadikan kesibukan papah sebagai penghalang Ratu untuk mendapatkan kasih sayang dari papah. It's okay to be busy. But, ingat keluarga yang berharap kehadiran papah untuk berkumpul bersama," ujar Ratu panjang lebar.

My Innocent Boyfriend (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang