17. Kang galon

167 24 0
                                    

"Dari lagu 'balon ku ada lima' kita belajar untuk menggenggam apa yang kita punya. Bukan malah menangisi apa yang telah pergi."

"Kak Bian, kak Kaffi?!" Teriak anak-anak jalanan yang sedang berkumpul di taman kecil dekat rumah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Bian, kak Kaffi?!" Teriak anak-anak jalanan yang sedang berkumpul di taman kecil dekat rumah mereka.

Kampung sederhana yang di buat oleh para warga di sini berdekatan sekali dengan jalan raya. Apalagi di bawah jembatan layang membuat mereka menjadi was-was akan terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan.

Pemerintah sudah melarang tegas untuk mereka pindah dari sana. Tapi mereka tetap keras kepala dengan alasan, akan tinggal di mana mereka dengan uang yang hanya mencukupi untuk makanan mereka sehari-hari.

Belum lagi jika nanti ada penggusuran paksa, yang mengakibatkan mereka rela tidak rela harus pindah. Percuma juga jika mereka melawa jika pada akhirnya nanti yang beruang lah yang akan berkuasa.

Mata mereka terlihat berbinar dan bahagia ketika melihat anak Blaisz turun dari motor mereka masing-masing.

Bian tersenyum ketika nama dirinya lah yang pertama kali di panggil oleh anak-anak. Pertanyaannya kenapa yang di panggil hanya Bian dan Kaffi? Nanti kalian akan mengetahui jawabannya.

Bian merentangkan tangannya tatkala anak-anak berlari menuju mereka. Senyum yang mengembang menghiasai wajah mereka satu persatu. Mereka semua memeluk Bian, begitu juga sebaliknya. Bian memeluk mereka tak kalah erat.

Salah satu di antara mereka melepaskan pelukannya. Ia menunduk, memilin bajunya yang lusuh dan sedikit sobek pada area tertentu. Ia menatap ke arah Bian dengan tatapan pilu yang menyiratkan kesedihan.

Bian menatap anak itu dengan tatapan bingung. "Ada apa Adi? Kenapa wajah Adi terlihat sedih?" Tanya Bian kepada anak laki-laki itu yang diketahui namanya Adi.

Adi, bocah itu berucap lirih. Mengatakan apa yang ada di benaknya. "Kenapa kakak tidak pernah ke sini lagi? Apakah kakak melupakan kita?" Tanyanya membuat Bian tersenyum seraya mengelus rambut Adi dengan lembut.

Kaffi, cowok itu ikut mendekat. Berjongkok di depan Adi. Memegang kedua tangan Adi dan tersenyum tipis. "Maafkan kita ya? Bukannya kita melupakan kalian, tapi kita juga mempunyai kesibukan lainnya," ujar Kaffi yang membuat Adi perlahan kembali tersenyum.

Bocah yang di perkirakan berumur 7 tahun itu lantas menoleh ke arah Bian yang masih setia memeluk anak-anak lainnya.

"Kak Bian! Itu siapa?" Tanyanya seraya menunjuk ke arah Ratu dan teman-temannya.

Ratu tersenyum hangat tatkala Adi menatapnya. Ia melakukan sama apa yang di lakukan Kaffi tadi. Ia ikut berjongkok menyamai tinggi adi seraya mengelus rambut bocah laki-laki itu dengan lembut.

"Hallo, kenalin kakak namanya Ratu," ucap Ratu memperkenalkan diri.

Sontak saja pelukan bocah-bocah kecil pada Bian terlepas. Mereka semua menatap Ratu. "Hai, kak Ratu!" Sapa bocah-bocah tadi yang memeluk Bian.

My Innocent Boyfriend (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang