Sayang banyak-banyak sama readers yang nemenin cerita ini dari 0. Semoga kalian bisa nemenin aku sampai tamatin cerita ini ya 😘
"Zel, gak papa lo sendiri?"
Azel menoleh lalu tersenyum singkat. "Gak papa lah, santai aja. Lagian baru jam empat."
"Lo mau bareng aja sama gue?" Tawar Diva yang terlihat tak enak meninggalkan Azel sendiri di depan gapura komplek. Seusai pulang sekolah Azel dan ketiga temannya melakukan kerja kelompok di rumah Angel.
Untuk tugas biologi ini Azel tidak sekelompok dengan kedua sahabatnya alasannya karena anggota kelompok di tentukan oleh guru. Jadi, mereka hanya bisa menerima jika anggota kelompok tidak sesuai harapan.
"Gak usah, gak papa." Diva masih terlihat tidak enak hati meninggalkan Azel sendirian.
"Kalo gitu gue duluan ya, Zel." Azel melambaikan tangannya kearah Diva sebelum gadis berambut ikal itu bergegas pergi menuju lelaki yang sedari tadi menunggu mereka di atas sepeda motornya.
Melirik sekitar, tungkainya mengarah pada Halte Bus yang terlihat sepi tak jauh dari tempatnya. Menunggu angkutan umum yang bisa mengantarkannya pulang.
Hilir mudik kendaraan di tengah jalan. Mengetuk-ngetukan sepatunya di kala bosan melanda. Berkali-kali bibirnya berdecak menunggu angkatan umum yang tak kunjung datang. Memandang langit, berharap hujan tak akan turun sebelum ia sampai di Rumah.
Azel tersentak saat bangku di sebelahnya berbunyi. Menandakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya.
"Sorry."
Azel segera memalingkan wajahnya. Matanya menyipit. "Eh lo cowok yang waktu di Taman nyari KTP itu kan?"
Lelaki itu menatap wajah Azel. "Lo inget ternyata."
"Ada apa?" Tanya Azel saat melihat raut kebingungan lelaki yang memakai seragam SMA. Azel kira mahasiswa, wajahnya terlihat lebih dewasa. Untung ia tidak menyebutnya dengan sebutan Abang atau kakak. Bisa malu Azel.
"Gue minta tolong boleh?"
Azel mengangguk. "Boleh. Selagi gue bisa."
"Gue pinjem hp lo."
Lelaki beralis tebal itu berusaha menjelaskan agar tidak menimbulkan kecurigaan. "Hp gue kena copet dan gue harus hubungin papa gue."
"Oh boleh."
"Nanti paketannya gue ganti kok." Azel segera memberikan ponselnya yang berada di tas kepada lelaki di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strait of Gibraltar
Teen Fiction"Lo gak mau jadi pacar gue?" "Gak! Resiko punya pacar ganteng itu banyak. Gak enak jadi ceweknya." "Satu, kapan aja bisa di selingkuhin." Azel mengacungkan jari telunjuknya. Menatap Akhtar lekat. "Dua, kemana-mana pasti di lirik cewek." "Tiga, pelua...