WARBIN 64 | RUMIT

38 6 0
                                    

"Kamu ngapain ke sini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu ngapain ke sini?"

Azel menatap heran Akhtar yang berdiri di depan rumah. Sudah hampir satu minggu sejak pertemuan terakhir mereka untuk menyelesaikan hubungan di antara keduanya.

"Zel, ada yang mau gue bahas."

Akhtar memperhatikan mantan pacar sekaligus adik tirinya. Ada kerinduan yang terpendam dalam sorot mata itu.

"Apa?"

"Gue boleh masuk?"

Walau dengan ekspresi kebingungan tak urung Azel mempersilakan Akhtar masuk ke dalam rumah.

Ia mendudukkan tubuhnya di hadapan Akhtar. Lelaki itu sibuk mengotak atik ponselnya dan tak lama menyodorkan sebuah foto yang bersumber dari cctv.

Dengan dahi yang berkerut Azel tetap memperhatikan foto yang tidak begitu jelas.

"Apa tujuan lo ngasih gue ini?"

"Itu mobil yang nabrak tante Lyta."

Azel tercenung. Ia memperhatikan lebih jelas foto itu.

"Terus?"

"Serius respon lo cuma gini?" Akhtar tidak percaya melihat respon Azel yang terlihat sangat tenang. Ia membawakan info yang sangat penting untuk Azel tetapi respon Azel terlihat biasa saja.

"Gue mau apa? Nangis-nangis? Marah gak jelas? Marah pun ibu tetep gak ada kan."

"Lo gak mau seret dia ke penjara?"

Azel terdiam. Dia juga ingin orang lain merasakan rasa sakit yang sama terlebih itu orang yang mengakibatkan ibunya meninggal.

"Buat apa? Itu bakal sia-sia, Thar. Lo gak liat mobilnya aja keliatan mewah. Dia pasti bukan orang sembarangan apalagi tadi lo bilang dia berhasil meretas cctv di tempat kejadian."

"Mau seberapapun usaha gue, walaupun gue memang bener, gue tetep bakal kalah."

Akhtar terlihat tidak puas dengan jawaban Azel. Ia tidak sudi Gema hidup tenang di luar sana sedangkan Azel menanggung semua akibat dari perbuatan lelaki itu yang lepas tanggung jawab.

"Tapi lo belom nyoba? Lo bahkan belum usaha sedikitpun!"

"Coba lo rasain ada di posisi gue sekarang, Thar! Gue juga mau tuntut dia sampe dia mempertanggung jawabkan perbuatannya. Gue juga mau dia ngerasain betapa hancur ya hidup gue! Hiks." Azel mengusap air matanya kasar.

"Tapi sayangnya gue gak punya uang sebanyak itu untuk sewa pengacara. Gue gak mau hidup gue semakin susah berhadapan dengan orang-orang yang punya kekuasaan."

"Makasih lo udah sepeduli ini sama gue. Tapi maaf gue gak bisa terima usulan lo. Biarin semuanya berjalan seperti biasa. Gue percaya Tuhan akan balas setiap perbuatan baik dan buruk umatnya."

Azel telah banyak berubah. Akhtar tidak pernah lagi melihat senyum dan tawa gadis itu, tubuhnya yang semula kurus makin kurus. Wajahnya yang selalu berseri-seri terlihat murung.

The Strait of GibraltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang