TSOG 31 | HBD AKHTAR

279 40 3
                                    

Happy reading ⊃ο<*

Jam berapa kalian baca ini?

Lelaki berahang tegas itu menilik setiap lekukan gambar di ponselnya dengan netranya yang tajam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki berahang tegas itu menilik setiap lekukan gambar di ponselnya dengan netranya yang tajam. Sorot matanya terkadang membuat orang takut itu sedang memperhatikan sedetail mungkin tanpa mau ada setitik yang tidak terekam dalam pikiran.

Bertahun-tahun tidak pernah merasakan hatinya menghangat, pikirannya di penuhi bayang-bayang seorang gadis yang di temuinya di Halte beberapa minggu lalu.

Ia mencoba mengabaikan perasaannya. Tak mau berurusan dengan sesuatu yang menurut orang indah.

Jatuh cinta itu seperti ada di tengah-tengah labirin. Terjebak dalam bayang-banyang seseorang hingga sulit untuk mrnemukan jalan keluar.

Kedua bola matanya masih sibuk mengamati foto yang ia ambil diam-diam di pusat perbelanjaan. Keraguan itu terlihat kontras dari raut wajahnya.

"Boleh gak gue suka sama lo?" tanyanya pelan sambil terus menatap wajah anggun itu.

(。>﹏<。)

Tanggal tiga puluh maret ialah hari paling penting untuk para pengagum pria bermata cokelat terang itu. Tentunya kalian sudah bisa menebak pelaku yang memiliki fans bernama Shaqers. Para anggota yang tergabung dalam perkumpulan sesama penggemar itu sudah sibuk seminggu sebelum Akhtar berulang tahun yang ke sembilan belas.

Azel yang bukan salah satu diantara mereka ikut terkena dampaknya. Bukan pusing memilih kado yang cocok. Namun, kepalanya pusing karena melihat dan merasakan tingkah menyebalkan Felicia yang berdiri di rak sepatu pria.

Sepulang sekolah Azel sudah menolak keras untuk menemani gadis itu mencari kado untuk idolanya karena Azel sudah hafal betul tabiat Felicia.

Gadis itu akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk memilih kado. Memilih! Bukan membeli. Di tambah yang paling menyebalkan ialah saat Felicia meminta pendapat tetapi tidak di dengar oleh gadis pecinta merah muda itu. Siapa yang tidak kesal berada di posisi Azel saat ini.

Andai saja saat ini Azel bersama Nayara. Pasti keduanya sudah merencanakan untuk menyeret Felicia dari Mall. Tetapi untuk saat ini ia harus tabah menemani Felicia entah sampai kapan.

"Zel, menurut lo bagus yang mana?"

Namanya di panggil mau tak mau Azel menoleh. Mematikan ponselnya terlebih dahulu lalu menatap dua sepatu secara bergantian yang berada di kedua tangan Felicia.

"Menurut gue bagus yang kuning sih." Azel menunjuk sepatu yang berada di tangan kanan Felicia.

"Kok kuning sih, Zel? Bagusan marun tahu," protesnya tidak terima dengan pilihan Azel.

"Akhtar kan orangnya cool gitu. Pasti suka warna yang cowok banget," celetuk Felicia menatap kedua sepatu yang berada di atas tangannya.

Refleks Azel memutar bola matanya malas. Menolehkan wajahnya kearah kiri. "Cool dari kutub sebelah mana? Yang ada tuh orang bikin sawan mulu," gumam Azel ketika mengingat tingkah aneh milik pemuda yang sangat di gilai para gadis.

The Strait of GibraltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang