SHAQERS 08 | TELOR BUNTING

507 54 4
                                    

Scane masih Akhtar-Azel. Pasangan gemes-gemes sinting.

Di kasih pemanis dulu, Casanova Zenith nih. Si pemilik #shaqers garis keras

 Si pemilik #shaqers garis keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---o0o---


Azel menatap malas Akhtar yang anteng duduk di kursi Ruang tamu. Tanpa di persilakan masuk lelaki itu sudah duduk dengan nyaman. Mungkin anggapan seperti rumah sendiri sudah di terapkan oleh Akhtar.

Azel ingin menyerah menghadapi kelakuan seenaknya lelaki itu. Tabiatnya yang menyebalkan membuat Azel berkali-kali beristighfar. Semua yang di lakukan Akhtar selalu menguji kesabarannya.

Usut punya usut, gosip yang sudah menyebar luas katanya Akhtar itu tidak pernah terlihat dekat dengan wanita. Para gadis yang terang-terangan mengajak dinner di tolak mentah-mentah. Lalu, Akhtar menganggap Azel laki-laki begitu? Azel jadi ngeri sendiri. Jangan-jangan Akhtar gak suka perempuan.

Azel mencuri-curi pandang kearah Akhtar. Dia menatap dari ujung rambut sampai kaki. Kalau Akhtar gak suka perempuan terus dia sukanya apa dong?

"Ngapain lo liatin gue?"

"Ngg-gak siapa juga yang ngeliatin. Pede banget situ."

"Oh udah mulai suka ya sama gue? Bagus lo bisa jadi babu gue."

"Ih ogah enak aja."

"Lo pulang gih," usir Azel menatap tidak suka kearah Akhtar yang sedang memainkan ponsel.

"Obatin dulu! Lo harus tanggung jawab." Azel segera memalingkan wajah ketika Akhtar menatapnya tajam. Sikap bossy nya keluar.

"Katanya kaya tapi pergi ke puskesmas aja gak mampu."

"Gak ah, males. Itu kan salah lo." Azel masih bertahan di posisinya.

Akhtar menatap Azel semakin tajam membuat Azel mendesah lesu. "Gak akan pulang kalau belom di obatin."

Azel cemberut. "Lebay banget si lo. Gak berdarah juga, dasar alay."

"Heh kepala gue nyut-nyutan nih"

Azel beranjak dari tempatnya, lalu mencari handuk kecil dan es batu. Dengan bibir di majukan ia melakukan semuanya. Siapa yang mau di perdaya seperti dirinya dengan alih-alih tanggung jawab.

Azel mendekat kearah Akhtar, menatap luka di dahi lelaki itu lamat-lamat. Tidak lebam sama sekali, hanya merah itupun samar-samar.

PLETAK

"Adaw, sakit!"

"Lo ngapain? Mau modus 'kan?"

"Ikh. Lo kenapa sih? Suudzon mulu otak lo"

Azel sudah mengira jika otak milik Akhtar selain isinya rencana busuk juga selalu negatif thinking. Tanpa mau berkaca, Azel pun sama saja dengan Akhtar.

The Strait of GibraltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang