Sepulang sekolah Azel berencana untuk me time di tengah kesibukannya sebagai pelajar. Berbagai rencana sudah tersusun rapi dari semalam. Me time Azel tentu berbeda dengan me time para gadis seumurannya yang biasanya di isi dengan menonton film atau menghabiskan waktu dengan merawat diri.
Rencana pertama setelah pulang sekolah ialah mengunjungi toko buku. Aroma buku baru yang khas berhasil menarik raganya menuju deretan buku fisika.
Azel tidak memiliki partner yang bisa di ajak mengunjungi toko buku apalagi berpendapat perihal buku yang harus ia beli. Nayara dan Felicia, kedua gadis itu sibuk dengan berbagai novel fiksi.
Azel menatap dua buku di kedua tangannya. Menimbang untuk memilih salah satu yang hendak ia bawa pulang. Mubazir jika ia membeli dua-duanya yang isinya hampir mirip. Lagipula harga perbukunya bukan main-main.
"Hai"
"Hai." Azel menoleh. Postur tegap lelaki berjaket hitam menjadi objeknya. Mengamati wajah di depannya dengan jelas. Berusaha mengingat nama lelaki yang pernah di temui. "Em ... Eezar ya?"
Lelaki itu mengangguk. Netra elangnya melirik buku yang sudah Azel pilih. "Biasanya cewek lebih suka novel fiksi," cetusnya.
Azel melirik buku yang ia pegang. "Oh, ini. Gue juga suka novel cuma hari ini beli ini dulu."
"Abis ini lo pulang?" Azel melirik sekilas Eezar. Lelaki yang masih memakai seragam SMA itu meringis dan kembali menampilkan wajah datarnya.
"Sorry gue gak bisa basa basi. Gue masih punya utang ke lo kan?"
"Utang?" Azel kembali menyimpan buku yang tidak jadi ia beli. Kedua alisnya menyatu.
"Lo pernah pinjemin hp lo ke gue. Waktu itu gue bilang bakal ganti."
"Astaga, masih inget aja. Gue udah lupa malahan. Udah gak papa, gak usah di bayar." Azel tersenyum simpul.
Eezar mengangguk singkat. "Masih ada yang mau lo beli?"
"Enggak sih kayaknya."
Azel berjalan menuju kasir. Ia semakin heran saat Eezar mengikutinya sampai kasir tanpa membawa buku untuk di bayar seperti dirinya.
"Totalnya 225.000, Kak."
Azel segera merogoh ke dalam tasnya mencari dompet. "Kembaliannya tujuh puluh lima ribu ya, Kak."
Sontak Azel menatap pria di depannya yang sedang mengasongkan uang kembalian. Azel segera mengambil bukunya dan menyusul Eezar yang akan keluar dari Toko Buku.
"Kok lo yang bayar," ujar Azel setelah berhasil mengejar lelaki itu.
"Kepengen aja," balasnya santai.
"Gak bisa gitulah. Gue ganti ya."
"Gak usah. Itung-itung ganti kuota lo."
Azel menghela nafas. "Makasih Eezar"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strait of Gibraltar
Novela Juvenil"Lo gak mau jadi pacar gue?" "Gak! Resiko punya pacar ganteng itu banyak. Gak enak jadi ceweknya." "Satu, kapan aja bisa di selingkuhin." Azel mengacungkan jari telunjuknya. Menatap Akhtar lekat. "Dua, kemana-mana pasti di lirik cewek." "Tiga, pelua...