WARBIN 65 | TANGGUNG JAWAB

47 8 0
                                    

Ketika polisi berkali-kali menolak laporan yang di layangkan Antonio mengenai kecelakaan Lyta tempo lalu, lelaki bermata hazel itu tetap kekeh dan kembali mencari bukti yang lebih banyak hingga dapat melayangkan gugatan pada Gema

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika polisi berkali-kali menolak laporan yang di layangkan Antonio mengenai kecelakaan Lyta tempo lalu, lelaki bermata hazel itu tetap kekeh dan kembali mencari bukti yang lebih banyak hingga dapat melayangkan gugatan pada Gema.

Jika saja Gema ada itidak baik untuk meminta maaf dirinya pun tentu tidak akan melangkah sejauh ini. Situasi yang Antonio rasakan mirip seperti buah simalakama. Di lain sisi ia ingin membantu  putrinya yang baru ia temukan dan di sisi lain pula ia tidak tega untuk menjebloskan Gema ke Penjara. Mau bagaimana pun Gema adalah keponakan istrinya.

"Mas, apa gak bisa kamu cabut tuntutannya?"

Yasmine mengikuti langkah Antonio yang masuk ke dalam kamar. Ketika mendengar Gema yang di ringkus oleh polisi dua hari lalu saat berada di rumah temannya membuat ia shok. Grup keluarga pun tengah di hebohkan dengan berita ini. Sang kakak terus saja merecokinya agar Antonio segera mencabut tuntutannya.

Antonio menghela nafas. Menatap istrinya yang duduk di atas ranjang. Situasi sekarang memang rumit. Akan ada banyak masalah jika Antonio meneruskan niatnya itu.

"Mas mau tanya sama kamu. Jika kamu ada di posisi mas sekarang apa yang kamu lakukan?"

"Mas juga tahu ini bakal menjadi pertikaian antar keluarga tetapi Mas gak mau menjadi ayah yang gagal untuk anaknya. Mas gak mau semakin membuat Azel jauh."

"Mau bagaimana pun Mas akan tetap memilih Azel di banding Gema. Jika saja sejak awal Gema punya itikad baik pasti semuanya gak akan rumit seperti ini. Akhtar juga pasti gak akan biarin Gema hidup enak setelah berhasil menghancurkan hidup orang lain."

Yasmine memperhatikan suaminya yang sibuk dengan ponsel."Kamu masih punya perasaan sama Ibunya Azel?"

Antonio terperangah. Alis ya yang tebal menukik memperhatikan balik Yasmine yang duduk di tepi ranjang. "Kamu bilang apa?"

"Kamu sadar apa yang kamu omongin?"

Antonio menatap Yasmine tak suka. Bisa-bisanya Yasmine mengira dirinya memiliki perasaan untuk wanita lain. Lyta memang berarti di hidupnya karena berhasil melahirkan seorang puteri yang sangat ia inginkan sejak dulu tetapi bukan berarti ia memiliki perasaan.

"Rasanya gak pantas kamu iri dengan orang yang telah tiada. Mas lakuin ini sebagai bentuk terima kasih yang gak pernah Mas ucapkan untuk Lyta.  Dia gak pernah pakai sepeserpun uang Mas untuk nafkahi Azel. Dia juga gak pernah menuntut haknya sebagai istri."

Antonio bangkit dari posisinya. Ia duduk di hadapan istrinya itu." Mas tahu ini berat untuk kamu nerima semuanya. Terima Mas pernah menikah lagi, menerima Azel sebagai anak kamu juga.

"Mas cuma minta satu aja. Mas mau kamu nerima Azel sebagai anak kamu juga. Mas mau kamu memperlakukan Azel sama seperti memperlakukan Kevlar dan Akhtar."

"Bisa kan?" Menatap istrinya dengan penuh harap. Ia harus cepat-cepat membawa Azel kemari. Ia takut terjadi sesuatu yang terburuk yang menimpa Azel.

Dengan ragu Yasmine mengangguk. Mungkin ini juga dapat di artikan sebagai cobaan dari rumah tangga mereka.


***

Bayang-bayang mimpi buruk yang sedari dulu selalu mampir tiap malam tidak lebih menakutkan di banding saat ini. Azel tidak pernah membayangkan akan bertemu seseorang yang selalu hadir dalam mimpinya. Seseorang yang tidak pernah ia harapkan untuk bertemu kini  bertemu di meja hijau.

Dengan tubuh yang sedikit gemetar ia duduk bersama keluarga Ayahnya.
Bayangan ketika lelaki itu terus mengolok-oloknya hingga meninggalkan trauma yang membekas hingga kini dan fakta mengejutkan yang Azel dapatkan ialah lelaki yang sama yang membuat Ibunya meninggal.

Jika sejak awal Azel tidak akan membawa kasus ini ke ranah hukum tetapi kali ini Azel menarik kata-katanya. Ia ingin lelaki itu mempertanggung jawabkan perbuatannya yang membuat Azel kehilangan Ibunya.

Setalah melakukan persidangan yang cukup memakan waktu. Akhirnya Gema terjerat pasal 359 KUHP dengan ancaman pidana paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun

"Saya tidak habis fikir dengan kamu Antonio. Kamu tega sekali menyeret Gema ke penjara." Ibu Gema menatap adik iparnya tajam. Ia masih tidak terima putera satu-satunya menjadi narapidana.

"Saya hanya mau Gema tanggung jawab atas perbuatannya."

"Tapi bukan dengan cara seperti ini. Memang berapa sih biaya yang anak kamu keluarkan? Sini saya ganti semuanya!"

Antonio terkekeh. "Saya lebih dari mampu untuk membayar semua tagihan rumah sakit tetapi hukum tetap berjalan. Apa yang Gema lakukan harus di pertanggung jawabkan apalagi sejak awal dia sudah akan melarikan diri."

Tanpa kata Antonio meninggalkan kakak iparnya itu. Anaknya melakukan kesalajanpun tetap tidak mau mengakuinya.

"Hari ini Papah temenin Azel beres-beres ya." Antonio berjalan di samping putrinya keluar dari pengadilan.

Mengerti Azel yang tidak paham Antonio segera memperjelas ucapannya.

"Mulai sekarang Azel tinggalnya di rumah Papa ya. Papa khawatir kalau Azel tetep mau tinggal sendiri. Papa gak bisa pantau kamu jika ada sesuatu yang terjadi."

"Saya tahu kok saya terlihat sangat menyedihkan sekarang tetapi om gak perlu segitunya juga," cakap Azel.

"Kita gak bisa ya Om seperti dulu. Om yang gak pernah kenal saya begitupun sebaliknya." Ucapan Azel berhasil melukai hati Antonio. Namun, ia terima dengan perlakuan Azel sekarang. Ini semua memang salahnya.

Antonio tersenyum getir. "Maafin Papah ya. Papah memang ayah yang buruk untuk kamu tapi papah mau perbaiki semuanya sama Azel. Papah mau memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik mungkin."

Azel jadi merasa bersalah dengan Antonio. Apa yang ia ucapkan barusan terlalu kasar?

"Mau kan tinggal sama Papah?"

"Azel gak mau tinggalin rumah itu," cicit Azel. Rumah yang menjadi tempat tinggalnya sekarang memang bukan rumah miliknya. Justru, ia tidak mau ada orang lain yang menyewa rumah itu setelah ia pindah dari sana. Banyak sekali memori yang tersimpan di rumah itu bersama Ibunya.

Antonio diam sejenak. "Rumah itu akan Papah beli untuk Azel asal Azel mau tinggal sama Papah."

"Azel khawatir kalau rumah yang Azel tempati sekarang di sewa orang lain kan?"

Azel menatap Antonio. Ada rasa senang ketika rumah itu akan menjadi miliknya. Ia tidak perlu risau harus membayar uang sewa tiap bulan.

Dengan bujuk ratu Antonio akhirnya Azel bersedia untuk tinggal di kediaman ayahnya itu. Setelah pulang dari persidangan Antonio mengemudikan mobilnya sendiri ke rumah Azel untuk membantu putrinya merapikan keperluan yang akan di bawa. Tidak semua pakaian dan barangnya Azel masukan ke dalam tas. Sebagian tidak akan Azel bawa.

"Udah semua di masukin kan barangnya? Buku-buku Azel udah?"

Menaikkan tas yang Azel bawa ke bagasi mobil. Antonio menatap putrinya yang merespon dengan gelengan. Ia merangkul Azel agar segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan rumah yang selama ini ia tinggali bersama Ibunya di Jakarta.

"Udah jangan nangis yah, Azel bisa datang lagi sesuka yang Azel mau. Rumah itu bakal Papah urus jadi rumah kamu."

Antonio mengusap kepala putrinya yang masih terisak. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk dirinya membayar waktu yang sudah ia sia-siakan.

The Strait of GibraltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang