TSOG 45 | CEMBURU

210 33 2
                                    

Hellow, peeps 👋🖤

Pada sehat-sehatkan?

Jangan lupa vote, comment dan follow instagram goresan_hasna
Spoiler part berikutnya akan aku post di ig itu ya.

Jangan lupa vote, comment dan follow instagram goresan_hasnaSpoiler part berikutnya akan aku post di ig itu ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu lebih Azel tidak bertemu dengan Akhtar. Tidak ada masalah dengan hubungan mereka, tidak ada lagi acara ngambek seperti kemarin-kemarin.

Ia sengaja tidak bertemu dengan lelaki yang sedang melangsungkan ujian itu. Dirinya juga tengah fokus memakai hari liburnya untuk belajar. Satu-satunya untuk tetap berkomunikasi hanya lewat ponsel.

Tiap hari selalu ada pesan yang di kirim Akhtar padanya. Terbiasa tak di kabari setiap hari dan seminggu kemarin lelaki itu selalu mengiriminya pesan membuat Azel jengah.

Setelah menyelesaikan cuciannya. Azel segera menghampiri Ibunya yang terbaring lemas di kamar. "Ibu mau Azel beliin obat apa?"

"Gak usah, gak papa. Ibu tadi udah minum obat masuk angin. Udah enakan juga badan Ibu."

"Ibu jangan sakit lagi ya."

Menatap sendu Ibunya yang tersenyum lemah. Azel segera naik ke atas tempat tidur dan ikut berbaring di samping dengan tangan yang memeluk tubuh ringkih itu.

"Jangan capek-capek ya, Bu."

"Ibu udah kerja capek, biar urusan rumah Azel yang kerjain. Pokoknya kalo di rumah ibu harus diem aja kecuali masak."

Lyta terkekeh. "Katanya Ibu di suruh diem kok ada pengecualian."

"Ya kan Azel gak bisa masak," terangnya. Posisinya masih betah memeluk sang Ibu.

"Emang ibu mau makannya tiap hari goreng tempe sama telor doang?"

Jika Azel bisa mengerjakan macam-macam soal fisika. Berbanding terbalik dengan urusan dapur. Setiap kali masak yang lebih dari dua atau tiga jenis bumbu, masakannya selalu tak enak. Selalu ada saja yang aneh dengan masakannya.

Lyta tertawa kecil. "Makanya kamu belajar kalo Ibu lagi masak. Kamu udah besar, kan katanya mau sekolah di luar negeri. Masa di sana mau beli terus."

"Ya nanti aja belajarnya."

"Nanti kalo Azel kuliah di luar negeri. Azel pengen cepet lulus biar bisa bawa Ibu kesana. Nanti di sana Ibu gak usah kerja biar Azel aja yang kerja."

"Jadi, Ibu gak sakit lagi kayak sekarang."

"Aamiin. Semoga tercapai ya. Ibu cuma masuk angin doang Azel gak usah sedih gitu."

Mengurai pelukannya. Ia segera mengambil mangkok sayur sop yang di buatnya. Hasil dari bolak-balik dapur-kamar ibunya untuk bertanya berapa takaran garam, pakai gula atau tidak, sayur mana dulu yang harus di rebus.

"Azel gak tahu ini enak atau enggak menurut Ibu. Azel rasa lumayan."

"Dari aromanya kayaknya enak. Ibu coba ya." Azel harap-harap cemas hasil masakannya. Ia mengakui bahwa masakannya jauh dari masakan Ibunya. Tetapi ini masakan pertama yang lumayan ribet dan menguras waktu menurutnya.

The Strait of GibraltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang