SHAQERS 17 | KUA

359 37 1
                                    

Sapi ... sapi apa yang selalu salah?

 sapi apa yang selalu salah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azel menatap horor Akhtar. Lelaki itu dengan santai mengemut permen yang Azel curigai permen miliknya. Melirik saku depan tasnya yang terbuka.

Ini gila. Azel mengakui bahwa Akhtar memang sedari dulu gila tetapi setelah bertemu kembali, lelaki itu semakin tidak waras. Kemana wajah cool dan suara ketus yang selalu Akhtar lontarkan. Bahkan Azel tidak pernah melihatnya lagi akhir-akhir ini. Lelaki itu selalu tertawa lebar. Azel yakin jika ada Felicia, gadis itu sudah dibuat rempong update status bersama kawan-kawan satu idola. Shaqers.

Jangan-jangan otak Akhtar tertinggal di Sumba.

"Lo maling permen gue?!" Azel memincingkan matanya.

"Permen doang. Pelit banget sih lo!"

"Tapi lo gak sopan. Lo bilang dulu dong!" Azel tak terima jika ada seseorang yang mengambil barangnya tanpa izin. Menarik tasnya yang berada di atas meja tepat di hadapan Akhtar dan menyimpannya di atas pangkuannya. Menjaga bila Akhtar semakin berbuat tak sopan.

"Siniin permen gue," pinta Azel.

Akhtar menarik gagang permen yang sudah di emut. Menyodorkan tepat di bibir Azel.

"Ihh jorok. Maksud gue yang baru."  Azel mendorong tangan Akhtar menjauh.

"Itu permen dari Thailand tahu. Oleh-oleh dari temen gue." Azel menatap nanar kearah permennya.

Mencoba mengikhlaskan walau gak ikhlas-ikhlas banget. Azel kembali mengerjakan lembaran soal yang tersisa. Bersama Akhtar banyak sekali gangguan.

Menyandarkan bahunya pada kursi. Akhtar menatap permen bulat berwarna merah. Lalu mengemutnya kembali. Alisnya mengerut dan bibirnya bergerak-gerak mencecap rasa yang di timbulkan dari permen. "Lo di boongin. Ini rasanya kayak permen kaki gajah gopean yang ada di warung."

"Di Warung juga banyak. Nanti gue beliin sebungkus gede. Tenang aja," tandas Akhtar menenangkan Azel yang berwajah masam.

"Lagian temen lo pelit banget ngasih oleh-oleh permen doang." Akhtar menggigit permennya yang masih berukuran besar. Bunyi gemeletuk terdengar sampai telinga Azel.

Azel merobek kertas yang berada di belakang bukunya. Tangannya sibuk menggambar dengan cepat dan tak beraturan. Wajahnya tak pernah surut dari api amarah, malah semakin membara.

Akhtar mengintip apa yang di gambar Azel. Menggeser wajahnya hingga sampai tepat di samping telinga Azel.

"Gambar lo jelek." Akhtar mengamati Azel yang menggoreskan tinta pulpen pada kertas. Azel menggambar wajah manusia dengan mata bulat besar, lobang hidungnya besar hingga bulu hidungnya keluar, giginya nampak aneh, dan ada satu tompel besar di pipi.

"Gue pertama kali lihat gambar sejelek ini," celetuk Akhtar semakin menyulut emosi Azel.

Azel tak menggubris celaan Akhtar. Menuliskan kalimat yang membuat Akhtar melotot seketika.

The Strait of GibraltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang