WARBIN 69 |

51 4 1
                                    

Azel sudah bisa merasakan hidupnya kembali seperti dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azel sudah bisa merasakan hidupnya kembali seperti dulu. Aktivitas kesehariannya hanya pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Kedua tempat itu sama-sama ia habiskan hanya untuk belajar.

Seperti ini kehidupan Azel yang dulu. Hanya berteman sepi nan sunyi. Hidupnya benar-benar tidak menyenangkan. Namun, itu semua berubah ketika ia bertemu dengan Akhtar. Lelaki itu yang membawa warna baru ke dalam hidupnya. Akhtar memberikan sesuatu yang tidak pernah Azel coba. Lelaki itu yang memperkenalkan Azel pada teman-temannya. Mengunjungi setiap sudut kota Jakarta yang mungkin tidak pernah ia lakukan.

Azel menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan. Suara air conditioner yang tepat berada di belakangnya terdengar saking sunyinya tempat ini.

Rasanya begitu menyesakkan ketika mengingat itu semua. Azel selalu suka mencoba hal baru dengan Akhtar tetapi ia sadar itu semua tidak akan ia rasakan kembali. Suatu saat nanti akan ada gadis lain yang menggantikan posisinya. Suatu saat nanti akan ada gadis beruntung yang menemani hari-hari penuh menyenangkan Akhtar. Akan ada seseorang yang menemani hobi lelaki itu bermain skate board ketika sore menjelang.

Azel merasakan ada seseorang duduk di sampingnya. Namun, ketika ia tidak mendengar suara apapun, Azel mencoba mengabaikannya dan kembali larut menutup kelopak mata.

"Sepuluh menit lagi bel. Yakin mau lanjut tidur?"

Azel terperanjat dan segera memposisikan tubuhnya dengan benar. "Lo kok di sini?" Azel menatap heran Mario yang fokus pada buku.

Alis tebalnya mengerut. Lelaki berkacamata itu menatap sekelilingnya seolah mencari sesuatu. Azel yang heran ikut melihat keselilingnya.

"Emang di sini ada tulisan Dilarang masuk buat Mario. Tempat ini khusus untuk Azel seorang."

Azel meringis ketika lelaki itu menyindirnya perihal kelakuan Akhtar yang tidak jauh beda tempo lalu. "Enggak gitu juga maksud gue. Selama gue di sini gak pernah tuh liat lo baca buku." Azel mengintip buku yang tengah Mario baca. "Apalagi bukunya tentang teori darwin."

Azel melemparkan senyum mengejek. "Jadi lo setuju gak kalau nenek moyang lo itu monyet?"

Mario yang salah tingkah akhirnya menyerah. "Tahu aja lo, Zel. Gue kesini tadinya mau nyimpen buku paket di suruh Bu Nia. Terus liat cewek yang lagi putus asa keliatan banget galaunya." Mario melirik buku yang sedang di baca Azel. "Lo ngapain baca buku buluk begini. Lo mau jadi pawang laut baca selat Gibraltar?"

"Apaan sih garing banget. Gue cuma iseng aja. Kalau baca buku pelajaran kayaknya terlalu berat."

"Akhirnya lo sadar juga, Zel. Kemana aja lo selama ini?"

Azel terkekeh. Kembali ia memfokuskan bola matanya pada deretan kata yang membentuk kalimat. Walaupun buku ini pernah ia baca tetapi ia sama sekali tidak bosan.

Sedangkan Mario lelaki itu memperhatikan Azel dari samping. Azel benar-benar terlihat sangat memesona. Mario tidak pernah tahu alasan hatinya berlabuh pada gadis sederhana ini.

The Strait of GibraltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang