"Emm ... aku gak tahu kamu suka apa selain suka aku."
— Azalea Myesha Fairuz —
"Kamu kok biasa aja sih?"
Azel menatap heran Akhtar yang biasa-biasa saja menunggu hasil SNMPTN yang akan keluar sore ini.
Hampir semua orang gugup setengah mati menanti hasil dari semua usaha yang di lakukan selama ini untuk menggapai universitas impian.
Berbeda dengan lelaki di balik layar ponsel Azel. Akhtar malah berkali-kali menguap dengan mata terpejam tak lupa guling yang di dekap erat.
"Bergadang kan semalem?"
Akhtar mengangguk pelan dengan mata yang masih terpejam.
Azel mendengus. "Mentang-mentang udah gak ke sekolah terus bisa bergadang."
"Kalo gak keterima gimana?"
"Ya gak papa. Masih ada jalur SBM. Kalau masih belum lolos bisa di coba lagi taun depan kalo gak tinggal ke swasta aja," jawabnya santai.
"Udah optimis gak akan di terima berarti?"
"Ya gak gitu juga, Zel. Kalo gak keterima masa nangis-nangis. Sedih masih wajar tapi kalo sampe keterusan sedihnya gak akan ngerubah hasil. Tetep gak lolos."
"Univ swasta juga masih banyak yang bagus."
Azel memperhatikan Akhtar yang berbicara sebijak itu tanpa menaikan nada suaranya. Senyumnya tertarik di tambah wajah bantalnya yang pertama kali ia lihat.
"Kamu kan kaya bisalah pake jalur mandiri," cetus Azel.
"Aku gak mau terlalu maksa ke negeri. Bagi aku sama aja mau swasta atau negeri."
Melirik waktu di pojok kiri ponsel. Masih ada waktu sepuluh menit sebelum jam tiga tepat waktu Indonesia bagian barat.
"Kamu yang cek ya. Aku kasih tahu nomor pendaftarannya di chat."
"Dih mana bisa begitu?"
"Bisa lah. Hoam ... aku ngantuk banget." Akhtar kembali menguap.
"No!" Azel menggeleng. "Aku pengen liat ekspresi pas kamu lolos gimana."
Di singkirkan selimut yang membalut tubuhnya. Akhtar menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Netranya tak lepas memperhatikan wajah Azel yang memenuhi ponsel.
"Kalo gue lolos di kasih apa?"
"Di kasih selamat lah," balas Azel. Gadis itu sibuk mengunyah.
"Kasih sesuatu kali buat pacarnya."
"Emm ... aku gak tahu kamu suka apa selain suka aku."
Akhtar terkekeh. Jika saja Azel berada di hadapannya sekarang. Ia tak yakin pipi gadis itu ia tarik hingga memerah. Apalagi pipinya nampak besar karena mengunyah sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strait of Gibraltar
Teen Fiction"Lo gak mau jadi pacar gue?" "Gak! Resiko punya pacar ganteng itu banyak. Gak enak jadi ceweknya." "Satu, kapan aja bisa di selingkuhin." Azel mengacungkan jari telunjuknya. Menatap Akhtar lekat. "Dua, kemana-mana pasti di lirik cewek." "Tiga, pelua...