Mohon maaf jika ada kesalahan perihal OSN. Yang pernah mengikuti OSN atau tahu betul, boleh mengkoreksi ya.
Setelah berkutat dengan segala macam soal olimpiade dan persiapan yang matang. Hari ini Azel akan menguji hasil belajarnya di ajang Olimpiade Sains tingkat Kabupaten/Kota.
Penyelenggara OSN tingkat SMA mempertandingkan sembilan bidang sains. Diantara kesembilan orang, Azel hanya mengenal Yolanda, Zaki -anak IPS- dan Dinara.
Pagi-pagi sekali kedua sahabatnya sudah menemani Azel di kantin. Nayara yang biasanya datang lima menit sebelum bel berbunyi. Gadis berambut pendek itu rela bangun lebih pagi untuk menemani Azel di sekolah.
"Zel, kalau ada cogan Zenith jangan lepasin ya. Lo minta kontaknya terus kasih ke gue." Felicia mewanti-wanti Azel.
"Spesies langka tahu. Udah pinter, ganteng lagi."
Nayara dan Felicia harys segera ke lapangan kala bel upacara berbunyi.
Kesembilan peserta OSN duduk bersampingan di Ruang Guru. Menunggu guru pendamping mereka untuk segera berangkat menuju SMA Zenith, tempat dilaksanakan OSN. Hal itu yang membuat Felicia heboh.
"Alat tulisnya lengkap kan? Kalau gak ada bisa ngambil dari sekolah." Semuanya mengangguk. Azel masih ingat ia memasukan keperluan lomba ke dalam tasnya. Ia juga sudah menyerut dua pensil.
Pertama masuk ke SMA Zenith langsung di suguhi piala yang berjajar penuh di kanan dan kiri. Berjalan ke depan menyuguhkan lapangan yang begitu luas, bangunan bertingkat empat sebagai tempat belajar.
Kali kedua Azel menginjakan kaki di tempat ini. Bukan seperti tahun lalu ia dan kedua sahabatnya hadir karena undangan abal-abal dan naasnya malah terciduk. Tetapi kali ini Azel hadir membawa nama baik sekolah.
Semua peserta sudah mendapat arahan. Azel pun sudah memasuki ruangan khusus bidang fisika. Ia tersenyum singkat saat ada yang menatapnya.
Pembagian soal sudah berlangsung. Azel membuka resleting tas mengeluarkan alat tulis miliknya. Ia berusaha tenang, mulai mencari dengan benar kotak pensil kuning yang Azel rasa sudah ia masukkan.
Gerakan gelisahnya di tangkap oleh meja di belakangnya. Lelaki berlogo sayap di sebelah kiri menatap gadis yang sedang mencari sesuatu.
Azel melirik kanan dan kiri, merutuki nasibnya yang lupa membawa kotak pensil. Jika begini, Azel akan menerima alat tulis yang di tawarkan Bu Ery tadi.
Menggigit bibir bawahnya, matanya sudah berkaca-kaca ketika peserta yang lain sudah mulai mengerjakan soal. Dinginnya AC ikut mengkontribusi kegugupannya. Telapak tangannya sudah mulai dingin dan lengket. Azel harus apa? peraturan sudah Azel dengar tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strait of Gibraltar
أدب المراهقين"Lo gak mau jadi pacar gue?" "Gak! Resiko punya pacar ganteng itu banyak. Gak enak jadi ceweknya." "Satu, kapan aja bisa di selingkuhin." Azel mengacungkan jari telunjuknya. Menatap Akhtar lekat. "Dua, kemana-mana pasti di lirik cewek." "Tiga, pelua...