TSOG 27 | SAYANG

275 36 1
                                    

Vote dan komen jangan lupa. Biar sama-sama enak ya, gak?
Jangan mau enaknya doang. Canda 😄

Sebelum baca follow dulu hasna_azulfa

Sebelum baca follow dulu hasna_azulfa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue minta bayaran dong?"

"Bayaran? Gue punya utang apa?" Azel mengernyitkan dahinya.

"Tuh seblak yang udah lepas landas di perut," selorohnya santai.

"Lo perhitungan juga ya jadi cowok. Hal paling di benci sama cewek ya itu. Untung gue gak jadi pacar lo." Azel misuh-misuh. Perkara seblak saja di tagih bayarannya. Azel gak minta Akhtar untuk kemari dengan membawa seblak.

"Nih gue cuma punya dua rebu." Azel menyodorkan satu lembar uang yang sudah tak berbentuk. Itu pun hasil memeriksa saku celananya yang ia yakini uangnya sudah tercuci beberapa kali.

"Gue gak butuh duit lo. Gue mau bayaran yang mahal."

"Gue harus bayar pake apa? Batu akik? Lo gila ya." Azel semakin meradang.

"Bayar pake waktu lo."

Bibir Azel berkedut. Dengan iseng ia mengambil jam tangan yang berada di rak kecil samping dan memberikannya tepat di atas tangan Akhtar. "Tuh, bawa aja. Cuma sepuluh rebu ini."

"Lo jangan pura-pura bego ya, Jal."

Tersenyum lebar di iringi suara tawanya melihat Akhtar dengan wajah serius menahan kesal. Tahu rasa kan di isengin balik. Emang cuma lelaki itu yang bisa menjahilinya.

Akhtar membolak-balikan jam yang berada di tangannya. Terbuat dari kulit kw terbukti warna yang melapisi kulitnya itu mengelupas.

"Jam apaan begini. Lo korban flash sale pasti." Akhtar mengembalikan jam milik Azel.

"Gak usah di perjelas kali. Gue nyesel belanja online." Azel melempar jamnya ke dalam rak.

"Buruan siap-siap. Lo harus temenin gue!" perintah Akhtar.

Azel menyandarkan punggungnya dengan lesu. "Gue lagi mager."

"Gue tunggu di luar. Sepuluh menit belom muncul gue seret," ancamnya.

"Gue belom izin sama Ibu."

"Gue udah bilang. Cepetan! Gue seret sekarang!"

"Kejam banget. Katanya cinta. Cih, cinta dari mana?"

Dengan sangat-sangat terpaksa Azel mengikuti kemauan Akhtar. Sebenarnya pergi dengan Akhtar enak. Selain karena tiap jajan di bayarin, di anter jemput sampe depan rumah malahan sampe depan pintu, jika mau ke mana-mana sudah mengantongi izin dari Ibunya. Satu yang paling tidak enak ialah sifat lelaki itu yang Azel yakini sudah mendarah daging. Pemaksa.

Tidak mau benar-benar di seret dengan cara memalukan. Azel hanya mengganti celana treningnya dengan celana jeans. Tak lupa membawa tas berisi ponsel dan dompet.

The Strait of GibraltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang