PART INI BERISI KATA-KATA KASAR. MOHON BIJAK DALAM MEMBACA.
Udah vote kan? Cuss...
Dua kali bertemu dengan lelaki yang sudah memergoki dan menabraknya tempo lalu tetapi sampai hari ini Azel masih belum mengetahui namanya.Azel ingin marah ketika Ibunya mempersilakan tamu tak di undang masuk dan bergabung di meja makan. Sudah datang pagi-pagi sekali, mengganggu, dan sekarang numpang sarapan. Lelaki mana lagi yang tidak tahu malu macam dia.
"Kalau kurang tambah lagi aja, Nak Akhtar."
Azel melirik lewat ekor matanya ketika Ibunya menyebut nama lelaki itu. Dia akan ingat baik-baik nama itu sebagai orang yang paling menyebalkan.
"Ngapain sih, Bu. Emang dia gak punya nasi apa di rumahnya pake makan disini segala," ketus Azel tanpa melirik lelaki yang terlihat menikmati sepiring nasi goreng.
"Azel. Gak boleh kayak gitu. Dia kan udah nolongin kamu."
"Gak papa, Tan. Saya gak baperan orangnya"
Azel berdecak lalu mengambil tas tak lupa menyalami tangan orang tua satu-satunya tanpa memperdulikan Akhtar yang masih menikmati sarapan.
"Azel berangkat, Bu. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Akhtar mengambil segelas air putih meneguknya dengan cepat. Lalu mengikuti apa yang Azel lakukan.
"Akhtar berangkat dulu ya, Tan. Makasih sarapannya, enak banget."
"Iya hati-hati"
Akhtar menyeringai melihat Azel yang berjalan di trotoar. Dengan cepat ia mensejajarkan laju motonya di samping gadis itu.
"Sendirian aja"
"Awas di gondol orang gila noh di depan."
"Orang gilanya elo!" ucap Azel sarkas.
"Jutek banget sih. Pasti lo mikir gue bakal anterin lo ke sekolah kan? Ogah banget kayak gak ada urusan penting aja."
Rasanya Azel ingin memukul kepala Akhtar saat itu juga, tapi ia kalah cepat dengan lelaki itu yang melajukan motornya menghindari serangan darinya. Samar-samar terdengar suara tawa hingga menghilang berikut dengan orangnya.
"DASAR COWOK PRIKK!!"
Suara tawa paling jelek yang pernah Azel dengar dari mulut lelaki sinting tadi. Lebih baik ia mendengarkan Felicia bernyanyi di banding mendengar tawa itu lagi.
Akhtar datang ke rumahnya tepat jam enam pagi dan hanya numpang sarapan berakhir dengan mengata-ngatai dirinya. Siapa yang tidak kesal, coba?
Benarkan. Ibunya itu salah menerima tamu. Awas saja jika Akhtar kembali ke Rumah dan mengulanginya seperti tadi, ia akan tendang bokongnya sekuat tenaga.
Sikap ramah yang selalu ia tampilkan kepada teman maupun orang lain tidak berlaku pada Akhtar. Lelaki itu selalu membuat emosinya meluap jika menatap wajahnya saja.
Andai saja jika hari ini, detik ini bintang jatuh tepat di depan matanya, Azel akan memohon agar tidak di pertemukan dengan lelaki yang tidak tahu diri, tidak tahu malu, aneh, dan gila.
Azel tahu, itu hanya harapan semu, mana ada bintang jatuh di pagi hari. Tapi jika malaikat mengabulkan doanya ia senang bukan kepalang.
---o0o---
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strait of Gibraltar
Teen Fiction"Lo gak mau jadi pacar gue?" "Gak! Resiko punya pacar ganteng itu banyak. Gak enak jadi ceweknya." "Satu, kapan aja bisa di selingkuhin." Azel mengacungkan jari telunjuknya. Menatap Akhtar lekat. "Dua, kemana-mana pasti di lirik cewek." "Tiga, pelua...