Kabar hubungan Azel dan Akhtar yang telah kandas telah sampai di telinga Felicia dan Nayara.
Azel hanya membaca sekilas isi pesan grup yang berisi mereka bertiga. Tanpa berniat membalas, Azel kembali menyimpan ponselnya. Fokusnya kembali pada layar laptop.
Hari sabtu ini Azel habiskan hanya di dalam kamar tepat di depan layar laptop. Semenjak ibunya meninggal di tambah fakta mencengangkan yang baru ia ketahui membuat Azel hilang arah. Ia tidak menyalahkan takdir tetapi Azel bingung harus memulai semuanya dari mana.
"Apa gue gak usah kuliah aja ya." Ia menggigit bibir ranumnya. Matanya memperhatikan susu kotak di atas meja yang baru saja dia habiskan dengan pikiran yang melanglang buana.
"Tapi gue pengen banget kuliah."
"Apa gue coba kelas karyawan. Kan bisa sambil kerja."
Ia segera mencari tahu mengenai universitas yang bisa sambil bekerja. Ketika menemukan jurusan serta universitas yang cocok dengannya. Matanya membesar kala melihat biaya yang harus di bayarkan.
"Mahal banget. Belom apa-apa udah harus di suruh bayar. " Bahunya luruh. Binar yang ada pada matanya meredup. "Gue harus kerja apa biar bisa nutup biaya kuliah sama kebutuhan gue."
Fakta bahwa ia menjadi anak konglomerat bukan berarti hidupnya sudah aman.
Azel tidak bisa melimpahkan semua kebutuhannya kepada sang ayah. Ia tahu, ia tidak akan selamanya tinggal disini. Ia juga sadar banyak anggota keluarga yang tidak menyukai kehadirannya.Di tengah pikirannya yang bercabang, Azel memutuskan untuk memejamkan matanya sekejap dengan posisi masih menyandar di kursi meja belajar. Mungkin ia membutuhkan saran dari teman-temannya nanti.
***
Akhtar bergantian melirik kursi meja makan di seberangnya dan mencuri lirik anak tangga yang melingkar. Pukul tujuh malam anggota keluarga Antonio tengah bersiap-siap makan malam bersama. Semua anggota telah hadir kecuali Azel yang tidak nampak batang hidungnya sejak siang hari.
"Mah, Azel lagi keluar?" Antonio yang baru menyadari putrinya tidak hadir di meja makan langsung bertanya. Badannya terlihat segar sehabis mandi.
Yasmine menggeleng. "Azel gak bilang apa-apa hari ini. Dia di kamarnya terus dari pagi."
"Dia gak makan siang?" tanya Antonio. Melihat isterinya yang hanya diam sudah dapat Antonio simpulkan sendiri. Bisa-bisanya Yasmine yang setiap hari selalu di rumah tidak tahu apa yang tengah di lakukan Azel. "Susah banget ya kamu buat nerima Azel?"
Antonio bangkit dari tempatnya menuju kamar putrinya yang terletak di lantai dua. Sampai di hadapan pintu kamar bercat putih. Berkali-kali ia mengetukkan pintunya namun tak ada sahutan dari dalam.
Antonio sempat berfikir bahwa Azel tidak ada di kamarnya. Namun pikiran itu sirna setelah pintu itu di buka. Pemandangan yang pertama kali ia lihat tubuh kurus anaknya yang tengah meringkuk di kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strait of Gibraltar
Novela Juvenil"Lo gak mau jadi pacar gue?" "Gak! Resiko punya pacar ganteng itu banyak. Gak enak jadi ceweknya." "Satu, kapan aja bisa di selingkuhin." Azel mengacungkan jari telunjuknya. Menatap Akhtar lekat. "Dua, kemana-mana pasti di lirik cewek." "Tiga, pelua...