Saat dia lupa pada kamu siapa? Dia lalai memandang kamu siapa? Akhirnya dia kalah dengan satu tamparan bibir orang bijak.
***
Keno mengelus kepala Dea dan juga Kara secara bergantian sambil tersenyum. "Jadi orang bijaksana dalam menghadapi suatu masalah," ucap Keno.
Dea dan Kara saling melirik dan langsung mengangguk. Dalam hati mereka terselip rasa senang tak karuan, beribu ucapan terima kasih sudah mereka berikan pada Keno.
Kara menatap ayahnya sambil tersenyum bangga. "Kara gak nyangka, Ayah bisa jadi sombong tadi," ujarnya yang dibalas kekehan kecil oleh Keno.
"Ingat satu hal! Ketika ada orang yang sombong di hadapan kita, kita juga berhak menyombongkan apa yang kita punya pada mereka. Hanya di depan mereka yang sombong saja. Karena hidup itu adalah roda ... ketika dia selalu di atas dan meremehkanmu, berusahalah untuk mensejajarkannya dan bilang. 'Kamu bisa kenapa aku tidak'," ujar Keno sambil tersenyum.
Dea tersenyum haru pada Keno. "Makasih, Ayah. Sudah mau membantu Dea," kata Dea.
Keno mengangguk sambil tersenyum. "Kara itu cinta dan sayang sama kamu. Jadi, gak ada alasan untuk Ayah tidak menyayangi kamu!" jawab Keno.
Dea dan Kara membuang muka ke arah lain karena salah tingkah oleh ucapan Keno. Mereka tersenyum kikuk membuat Keno tersenyum geli.
"Belajar yang baik! Ayah pergi dulu ke kantor," ujar Keno.
Dea dan Kara mengangguk lalu menyalimi tangan Keno secara bergantian. "Hati-hati, Ayah!" kata mereka berdua serentak.
Keno mengangguk, lalu melenggang pergi. Saat Keno baru saja pergi sebuah suara terdengar nyaring dari arah samping kanan Dea dan Kara.
"Ingat ya, Richard! Kalau sampai papa kamu tahu semua fasilitas yang papa kamu berikan akan Mama sita. Lagian kamu ngapain gangguain cewek, jadinya ginikan? Mana Mama dimalu-maluin sama orang tadi."
"Ya, papa jangan sampe tahulah, Ma."
"Papa kamu itu detektif pasti semua kelakuan anaknya tahu!"
"Kan, Mama yang suka bawel."
"Kalo Mama gak bawel ... jadinya ginikan! Cuma sebulan Mama diemin kamu karena sakit gigi, kamu bikin ulah sampe dikeluarkan dari sekolah."
Richard berdecak lalu melirik Dea dan Kara yang tengah memperhatikannya. "Awas, lo" desisnya murka.
Kara hanya tersenyum menanggapi hal itu. Kara lalu menghadap Dea. "Dia udah pergi. Gak akan ada yang ganggu kamu lagi. Sekarang kita jalani semuanya dengan tenang!" ujar Kara.
Dea menghiraukan ucapan Kara. Dea malah memperhatikan dua orang yang tengah berdiri di ujung koridor sambil menatapnya tajam seolah-olah sedang mengancam.
Kara terlihat heran dengan Dea yang malah menatap panik ke arah belakangnya. "Hei! Kamu kenapa? Ada apa di belakang?" Kara ikut melirik ke belakang, namun dua orang itu sudah tidak ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️terbit] 1. The Girl That Hurt
Teen Fiction(𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐝𝐢 𝐒𝐡𝐨𝐩𝐞𝐞 𝐅𝐢𝐫𝐚𝐳 𝐌𝐞𝐝𝐢𝐚-𝐏𝐚𝐫𝐭 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩) "Anak pembawa sial!" Tuttttt .... Iya. Aku adalah anak pembawa sial dalam keluarga. Namun, dulu aku adalah seorang gadis kecil ya...