32-Kedatangan Keno

978 64 4
                                    

Remang-remang terlihat sendu. Jika didekati, ia tersenyum seakan bahagia tanpa beban.

TGTH

***

Tinggalkan masalah Abdil yang sudah menghabisi setengah nyawa Richard. Kini beralih pada Dea dan Kara yang sudah berdiri di depan mobil sambil menatap rumah Kara.

Ada rasa takut untuk membicarakan masalah ini pada orang tua Kara. Namun, Kara tetap pada keputusannya, karena menurutnya masalah ini harus ditindak lanjut.

Dea sudah memakai hondie untuk menutupi lehernya. Tubuh Dea masih bergetar, membuat Kara menatapnya sendu.

"Aku tahu ini berat untuk, kamu. Tolong lupain masalah tadi biar kamu gak trauma kayak gini." Kara meraih kedua tangan Dea dan menatap Dea.

Dea mengangkat wajahnya sendu. "Aku takut. Apa ayah akan marah?" tanya Dea cemas.

Kara mengembuskan napasnya. "Iya. Ayah akan marah, tapi bukan sama kamu. Tapi sama orang bejad itu," ucap Kara sambil menunjuk ke arah lain.

Dea terisak kecil. "Kara," lirihnya sambil menunduk.

Mereka sudah lupa pada rencana awalnya yang akan pergi ke rumah sakit untuk menemui dokter Salman. Yang mereka pikirkan saat ini adalah masalah Richard. Kara ingin Richard dikeluarkan dari sekolah agar tidak ada yang mengganggu Dea lagi.

Kara membawa Dea ke dalam untuk menemui ayahnya dan juga bundanya. Tak ada ucapan salam saat mereka berdua masuk ke dalam membuat Keno dan juga Luna menatap heran saat Kara sudah sampai di ruang keluarga.

Wajah Kara amat tertekuk sedangkan Dea malah menunduk sambil terisak.

Keno dan Luna saling memandang. "Kalian kenapa?" tanya Keno.

"Dea kok pake hoddie? Apa Dea sakit?" tanya Luna lalu menghampiri Dea.

Dea menggeleng sambil menunduk, sedangkan Kara malah melirik ayahnya dengan sendu. "Ini Ayah. Kara minta maaf," ujarnya sambil memberikan sebuah surat membuat Keno berdiri karena heran.

"Surat apa ini?" Keno mengambil surat itu lalu kembali duduk.

Luna membawa Dea duduk diikuti oleh Kara. Keno mulai membuka surat itu sambil melirik Kara.

Saat surat itu sempurna terbuka, mata Keno terlihat menatap tajam isinya. "Kesalahan apa yang kamu lakukan, sehingga membuat Ayah harus datang ke sekolah besok?" ucap Keno dingin sambil melemparkan surat itu.

Luna menatap heran putranya dan juga Dea. "Kenapa Kara?" tanya Luna khawatir.

Dea tetap menunduk sedangkan Kara melirik Keno dan Luna secara bergantian. "Kara sudah mengira bahwa Ayah dan Bunda akan marah. Tapi, jika Kara tak melakukannya Dea akan ... hina," ujarnya sambil menunduk.

Dea kembali terisak membuat Keno dan Luna keheranan. "Maksud kamu apa?!" tanya Keno dan Luna kaget.

Dea perlahan mengangkat wajahnya. "Maafkan Dea Ayah, Bunda. Semuanya karena Dea," lirihnya.

Kara memejamkan mata untuk mengontrol emosinya kala mengingat kejadian tadi siang. "Jadi ...."

***

[✔️terbit] 1. The Girl That HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang